Senin, 19 Januari 2009

MENDAMPINGI DUBES WAWANCARA

Photo diatas adalah saat menjadi penterjemah wawancara Dubes RI untuk Libya dengan surat kabar 'Al-Souq', Misurata yang diterbitkan oleh Misurata Free zone tgl. 4 Desember 2008 dalam kunjungan ke Kadin Misurata dimana diterima oleh Ketua Kadin Misurata, Moustafa Abou Funas (nampak dalam gambar disamping Dubes, Drs. Sanusi)

Dubes RI untuk libya sebelumnya telah melakukan kunjungan ke Kadin Benghazi dan Kadin Toubruk (tgl. 27 dan 29 Nopember 2009), tentunya sebelum itu telah mengadakan pertemuan dengan Kadin Libya Pusat. Dalam pertemuan yang dihadiri oleh Ketua Kadinda Misurat, Moustafa Abou Funas dan anggota pengurus Kadinda Misurata telah dibahas masalah peningkatan kerjasama antara pengusaha Indonesia dengan pengusaha Libya di berbagai bidang, terutama bidang perdagangan dan investasi. Dubes Sanusi menjelaskan bahwa belum lama (21-25 oktober 2008) delegasi pebisnis Libya telah mengunjungi Trade Expo Indonesia (TEI) 2008 di Kemayoran Jakarta yang dikordinasikan antara KBRI Tripoli dengan Libyan Indonesia Business Association (LIBA). KBRI juga mengundang para pengusaha dari Misurata untuk dapat melihat dari dekat dan mengunjungi TEI tahun 2009. Di lain pihak, Kadinda Misurata juga mengundang para pebisnis Indonesia untuk dapat berpartisipasi dalam pameran Printing dan teknologi yang diadakan di Misurata. Misurata, kl 300 km sebelah Timur Tripoli merupakan kota ke-3 terbesar di Libya setelah Tripoli dan Benghazi.

Dalam kesempatan yang lain, pada tgl. 28 Januari 2009 saya mndampingi Dubes RI juga mengadakan pertemuan dengan Dean, Kulliyah Dakwah Islamiyah (KDI), Tripoli, Prof. Dr. Mohamed Fathullah Al-Zayyadi. Dalam pertemuan tersebut Dubes mengucapkan terima kasih atas nama pemerintah RI kepada pihak KDI atas kerjasamasanya dengan pihak Indonesia selama ini, terutama di bidang pendidikan dimana KDI telah memberikan kesempatan kepada para mahasiswa Indonesia mengenyam pendidikan tingginya di KDI tersebut. Perlu dicatat bahwa mahasiswa Indonesia merupakan mahasiswa terbanyak jumlahnya yang belajar di akademi tersebut. Saat ini tercatat sebanyak kurang lebih 123 orang mahasiswa Indonesia dari total 1000 orang mahasiswa asing yang belajar di kampus tersebut. KDI, yang berada di bawah naungan World Islamic Call Society (WICS) mengelola sejumlah program studi Islamic Studies dan memberikan beasiswa penuh (full scholarship) kepada mahasiswa, yang nantinya diharapkan dapat berkiprah di bidang dakwah Islam ketika kembali ke masyarakat di tanah air mereka masing-masing. Mahasiswa yang diterima di KDI semuanya diasramakan dan diberi fasilitas lengkap berupa akomodasi, perlengkapan buku-buku dan uang saku. Dubes RI menyampaikan kepada Dean agar jumlah jatah mahasiswa yang diterima di KDI dapat dipertimbangkan untuk ditambah lagi mengingat Indonesia merupakan negara mayoritas Muslim terbesar di dunia. Pihak KDI mengatakan bahwa mengingat kapasitas dan kemampuan pihaknya maksimum dapat mengelola sebanyak 1000 orang mahasiswa saja dari seluruh dunia, maka belum dapat mempertimbangkan permintaan tersebut. Bahkan untuk itu, pihak KDI untuk tahun-tahun berikutnya akan memberlakukan skala penerimaan sesuai dengan total jumlah mahasiswa yang lulus dan menamatkan pendidikan mereka di KDI. Atau jumlah yang masuk (diterima) sebanyak jumlah mahasiswa yang lulus.

Pada hari yang sama juga, Dubes RI mengadakan pertemuan dengan Sekjen World Islamic Call Society (WICS), Prof. Dr. Mohamed Ahmed Sherif. Dalam pertemuan tersebut, Dubes mengucapkan terima kasih atas partisipasi dan aktifitas dakwah WICS di Indonesia dan kawasan dunia lainnya dalam menyebarkan dakwah Islam yang hanif, moderat dan ramah. Salah satu aktifitas dan kegiatan dakwah WICS di Indonesia adalah dengan membangun ‘Gaddafi Islamic Center’ yang terletak di kawasan Sentul Selatan, Jagorawi, Bogor yang dikelola oleh tokoh dan dai Indonesia, antara lain, Muhammad Arifin Ilham, Aa Gym, Muhammad Syafi’i Antonio, Ary Ginanjar dsb. Pembangunan Islamic Center tersebut akan rampung dan diresmikan pada bulan Mei 2009. Dubes RI menyampaikan bahwa kegiatan dakwah yang dikelola oleh Gaddafi Islamic Center tersebut dapat melibatkan para alumni KDI yang dididik di bidang dakwah oleh WICS selama ini. Pembangunan pusat dakwah semacam itu juga bisa dikembangkan di kawasan lain di Indonesia, terutama kawasan Indonesia Tengah dan Timur.

Catatan:

Fasilitas yang diberikan pemerintah Libya (beasiswa) di KDI termasuk yang terbaik di antara beberapa negara Arab, seperti Mesir. Karena selama masa belajar para mahasiswa diberikan fasilitas asrama, makan 3 kali sehari lengkap dan bergizi, serta buku-buku teksbook. Fasilitas tiket diberikan pada tahun ke-2 bagi mahasiswa yang berprestasi (naik terus tingkat terus setiap tahun), disamping tiket gratis sewaktu datang dan pulang, sedangkan bagi yang diterima di doktoral (S20 diberikan lagi tiket datang. sedangkan di Mesir, bagi mahasiswa yang selesai S1, maka dia dikeluarkan dari asrama dan juga beasiswanya diputus. Saya termasuk yang merasakan hal tersebut sehingga pindah ke islamabad.

Disamping fasilitas diatas, masih juga diberikan uang saku walau ala kadarnya. Karena menurut keterangan Dean, beasiswa yang diberikan adalah dalam bentuk akomodasi dsb. Uang saku tersebut hanya kerahiman.

Tidak ada komentar: