Senin, 05 Mei 2008

CATATAN PERJALANAN


Setelah menunggu proses visa dari Kedubes Libya di Jakarta yang memakan kurang lebih 2 bulan lamanya, akhirnya visa tersebut keluar juga setelah ada approval dari Deplu Tripoli yang dikirim pada hari Jum’at, 18 April 2008 via Kedubesnya di Jakarta. Dan proses tiketing saya baru mendapat seat pada tanggal 28 April 2008 dengan menggunakan pesawat Qatar Airways. Schedule penerbangan via Doha dengan transit pick up penumpang di Singapore, dan dari Doha transfer ke Tripoli dengan Qatar Air juga yang terbang ke Casablanca dengan transit di Ibu kota Libya tersebut. Penerbangan dari Jakarta pada jam 23.35. Konter penerbangan Qatar cukup ketat dengan kelebihan timbangan. Total lama penerbangan Jakarta-Tripoli memakan waktu kurang lebih 16 jam. Sebuah perjalanan yang cukup melelahkan.

Alhamdulillah pada jam 06.15 (29 April 2008) saya tiba di Bandara Doha Qatar, setelah melakukan penerbangan kurang lebih 10,5 jam. Fasilitas transit Airport Doha, belum bisa dikatakan modern walau Negara Qatar sangat kaya. Sangat jauh ketinggalan dibanding dengan airport negara-negara Asia Timur seperti Singapore, Malaysia, Hongkong dll. Transfer penumpang masih menggunakan suttle bus, area transfer masih semraut, juga struktur dalam area penumpang transfer sangat minim fasilitas bagi yang transit cukup lama. Bahkan di airport tidak memberikan fasilitas wi-fi secara gratis kecuali di ruang di VIP lounge. Tidak seperti Hongkng airport yang disetiap sudutnya bisa tersambung wi-fi, sehingga passenger ingin penerbangannya delayed ketimbang on-time.

Untungnya saya hanya transit 1 jam sehingga tidak terasa jenuh. Ternyata dalam penerbangan ini banyak juga terdapat para TKI yang akan bekerja di Libya di bidang konstruksi. Bareng saya ada 6 orang TKI pria yang akan bekerja di bagian kontruksi dari PT CKG, dan ada juga 3 orang TKI wanita yang akan bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Libya. Walau menurut ketua BKNP2TKI (Badan Koordinasi Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja) bahwa Libya belum menjadi negara tujuan penempatan dan tidak mempunyai kontrak kerja”.(lihat Koran Tempo, Selasa, 8 April 2008). Bisa juga kunjungi website BKNP2TKI: www.bknp2tki.go.id

Menurut data yang dilansir oleh KBRI Tripoli terdapat kurang lebih 500an TKI profesional, bukan pembantu rumah tangga, yang bekerja di sektor pembangunan infra struktur di Libya. Libya, setelah embargonya dicabut oleh USA pada tahun 2003 telah membuka diri dengan melakukan pembangunan infrastruktur secara masif dan beasar-besaran, sehingga banyak membutuhkan tenaga kerja asing. Politik infitah (openness) ini yang dimanfaatkan oleh para Pengirim Tenaga kerja memanfaatkan peluang yang masih terbuka.

Duta Besar RI untuk Libya Bapak Sanusi dalam pertemuan dengan Lembaga Persahabatan Indonesia Libya pada pertengahan Februari 2008 sebelum menempati pos baru sebagai Duta Besar RI untuk Libya, memberikan gambaran tugas yang diemban KBRI Tripoli dengan 3 misi yang dikenal dengan TTI ( trading, tourism and invesment).

Di airport saya dijemput oleh Pak Adji Nugroho, bagian Konsuler dan Pak Anto, bagian komunikasi dengan ditemani oleh Pak Untung Setiawan, staf bagian komunikasi. Kami langsung menuju KBRI dan saya diperkenalkan kepada pejabat dan diplomat di Lingkungan KBRI Tripoli.

Inilah hari pertama saya menginjakkan kaki di Tripoli. Cerita selanjutnya tentang Tripoli dan Libya Insya Allah menyusul.

1 komentar:

magic mengatakan...

Mohon infonya, saya akan ke Libya dan butuh terjemahan paspor dalam bahasa Arab. Bagaimana dan dimana mendapatkan terjemahan paspor ke bahasa Arab? Terima kasih informasinya. Mohon dibalas ke email pribadi nikenmay@yahoo.com
Sekali lagi terima kasih.