Selasa, 26 Agustus 2008

MENJADI MUFTI DI HONGKONG

Alhamdlillah hari ini, adalah hari ketiga keberadaan saya di Hongkong. Kemarin, Ahad, saya memberikan taushiyah di Masjid Ammar, Islamic Union of Hongkong. Pertama, dari jam 11.00 - 12.00 diisi dengan pembacaan doa dan istighatsah. Kemudian dilanjutkan, setelah zhuhur dan makan siang dengan taushiyah hingga jam 16.30. Ruangan masjid alhamdulillah terisi penuh dengan audience. Setelah itu diadakan acara tanya jawab. Malamnya kami diundang makan malam di Warung Malang, Causeway Bay, Hongkong oleh panitia. Sebelumnya diundang makan siang, pada hari Sabtu dan Minggu di restorant Muslim Food di IUHK.
Antuasiasme para peserta harus mendapatkan apresiasi dan acungan jempol. Mereka tetap mengikuti acara dari awal hingga akhir, bahkan waktu yang diberikan panitia terasa kurang. Waktu juga yang harus membuat kita akhiri, karena pada jam 17.00 akan dilaksanakan shalat ashar. Saya sangat berbahagia melihat respons para peserta tersebut. Tidak seperti mahasiswa kita, Universitas Paramadina, yang menurut pengalaman saya selama ini kurang apresiasi pada 'kebenaran agama', bahkan cenderung meremehkan dan mengecilkan. Kuliah agama Islampun masih pada tahap untuk mendapatkan nilai ujian saja. Belum pada orientasi mencari kebenaran. Justru orientasi mencari kebenaran ini saya mendapatkannya di Hongkong. Bukan di kampus. Apakah ini yang namanya dunia intelektual. Karena saya pernah difahami bahwa kampus hanya berfungsi sebagai transfer ilmu, bukan untuk mengagamakan mahasiswa.Karena dalam sesi tanya jawab waktunya sangat terbatas tersebut, sehingga pada hari ini saya menjadi mufti melalui saluran telepon. Dakwah Committe IUHK membuka fasilitas melalui saluran komunikasi, baik telepon maupun SMS bagi umat Islam yang ingin mengkonsultasikan masalah-masalah agama yang mereka hadapi. Bahkan menyediakan nomor HP khusus untuk memfasilitasi masalah ini.Dari pertanyaan yang diajukan, kita dapat fahami problematika sebenarnya yang dihadapi umat Islam yang hidup di negara bebas dan modern seperti Hongkong. Mulai dari problematika yang bersifat fikhiyyah sampai pada problematika sosial-kemasyarakatan. Suasana beragama terasa hidup. Mungkin kita tidak membayangkan sebelumnya, bagaimana di kota serba 'wah' dan mewah banyak kita temui 'saudara muslimah' yang menggunakan jilbab dan berbusana muslimah yang ishmah. Lagi-lagi saya harus mengakui 'kalah' bila membandingkan dengan mahasiswi kampus kita, Universitas Paramadina.Saya terus terang merasa 'malu', bila merenungi apa yang terjadi antara umat Islam di Hongkong dengan di kampus kita. Bandingannya bagaikan 'bayn al-sama'i wa al-ardh'. Barangkali kita boleh membela dengan berbagai dalih, tapi itulah sebuah kenyataaan. Bagaimana selama ini kawan-kawan yang mempunyai komitment sangat tinggi memperjuangkan nilai-nilai keislaman di ranah kampus mengalami kekecewaan 'berat' karena hanya sukses menuai kekecewaan demi kekecewaan. Kok saya jadi 'cengeng' sih. Bagaimana kawan-kawan, pejuang 'Kaf' dan 'Ha' lambang kampus tercinta kita. Saya tunggu komentar dan tanggapannya.
Salam dari Hongkong,
Nasruddin Latief
HK, 16 September 2005

Tidak ada komentar: