Selasa, 26 Agustus 2008

HARMONY IN DIVERSITY: CO-EXISTENCE AMONGST RELIGIOUS AND ETHNIC COMMUNITIES


Tadi malam saya mendapatkan kesempatan menyaksikan acara 'Harmony in Diversity' yang diselenggarakan oleh Department of Cultural and Religious Studies, the Chinese University of Hongkong. Program ini nampaknya program tahunan yang dilakukan untuk memberikan keterbukaan bagi masyarakat Hongkong, terutama generasi mudanya mengenai pluralisme agama. Perbedaan diantara agama-agama bukan berakhir pada penyamaan semua agama, tapi pada pengakuan kebaradaan mereka, tanpa membuat prasangka negatif pada agama lain. Saya melihat betapa indahnya tema yang diusung yaitu 'harmony in diversity'. Saya menyaksikan peserta yang hadir, terutama wakil-wakil dari siswa siswi sekolah menengah juga ikut menyaksikan dan mengisi acara.

The Chinese University of Hongkong terletak di kawasan Shatin, Kow Loon island. Lokasinya cukup jauh dari pusat kota. Dari Wancai (IUHK) dituju dengan dua kali pindah transport. Pertama menggunakan bus sampai terminal kereta Hong Ham. Dari situ dilanjutkan naik kereta MCR jurusan Lo Wu, kota terakhir Hongkong yang berbatasan dengan Shen Zen, Cina Daratan.
Kampus the Chinese Univerity of Hongkong sangat luas, dan terletak di bukit agak tinggi. Dari stasiun kereta, namanya juga stasiun University, ditempuh menggunakan shuttle bus sampai di lokasi. Karena jaraknya agak jauh dan juga menaiki tanjakan.

Saya merasakan penghargaan megenai rasa religiusitas mereka. Panitia penyelenggara dari Jurusan Studi Budaya dan Agama mempersilahkan kami dan rombongan untuk melaksanakan shalat magrib terlebih dahulu di salah satu ruang kuliah, sebelah Aula Utama tempat acara. Karena kami tiba di lokasi menjelang maghrib dan acara dimulai setalah magrib. Magrib di HK k.l. jam 19.15. Kesan pertama yang segera terlihat adalah kebersihan dan kemodernan fasilitas ruang kuliah. Ruang kuliah tidak terlalu besar, berkarpet, diisi dengan 30an kursi mahasiswa. Tiap ruang kuliah mempunyai audio visual dengan meja permanen. Infocus diletakkan permanen juga digantung di atas ruangan kelas. Bisa kita bayangkan berapa buah peralatan tersebut mereka miliki. Yang jelas sebanyak kelas yang dimiliki sebanyak itu juga peralatan pendukung perkuliahan yang tersedia.

Masih jauh rasanya kita membayangkan di tanah air ada sebuah universitas yang mempunyai kelengkapan fasilitas pendukung perkuliahannya sebaik itu. Masih menunggu puluhan tahun dan juga bayarannya pasti akan mahal sekali. Mudah-mudahan UPM tidak seperti itu.

Mengenai isi dan acara yang berlangsung nanti akan saya susulkan dalam tulisan berikutnya.

Salam,
Nasruddin Latief
Hongkong, 2 Juli 2005

Tidak ada komentar: