Secara umum dapat dikatakan bahwa kehidupan sosial-kemasyarakatan di Libya lebih maju dibanding Negara-Negara Arab Teluk (Gulf Countries). Karena hubungan gender (laki-laki-perempuan) bukan lagi menjadi persoalan. Di Arab Saudi mislanya masih terjadi pemisahan antara laki-laki dan perempuan dalam ruang publik, di bangku kuliah, bus, restoran, pesta perkawinan, bahkan pengantin pria dan wanitanya pun dipisah, dan lain sebagainya. (Anehnya di Indonesia sudah banyak yang ikut-ikutan pesta perkawinannya seperti itu. Aneh...).
Di Libya bukan pemandangan luar biasa melihat wanita mengendarai mobil, kuliahnya pun dicampur. Bukan hanya di kuliah Universitas Umum, di Universitas Agama (semacam UIN/IAIN) juga dicampur antara mahasiswa dan mahasiswi. Di bus juga (di Tripoli semua busnya buatan Italia IVECO yang asalnya adalah model truk) campur antara penumpang wanita dan pria. Bahkan dari sisi pemikiran Libya memberikan kebebasan semua pandangan, mulai dari yang fundamentalis sampai liberal. Pengalaman mahasiswa yang belajar di Kulliyat Dakwah Islamiyah mengungkapkan hal ini pada saya. Jadi sebenarnya persoalan yang terjadi di Libya adalah minimnya informasi tentang kehidupan sosial-kemasyarakan mereka ke dalam media di Indonesia, kalau pun ada, biasanya cenderung berita-berita yang kurang enak didengar.
Mayoritas wanitanya juga cantik-cantik. Yah.. wajah Arab lah. Dan banyak juga diantara mereka yang menikah dengan warga negara asing. Kalau mau boleh? Tapi maharnya... enggak tahan. Kalau di Indonesia bisa untuk menikah empat orang sekaligus.. he.. he... (be continued)
Di Libya bukan pemandangan luar biasa melihat wanita mengendarai mobil, kuliahnya pun dicampur. Bukan hanya di kuliah Universitas Umum, di Universitas Agama (semacam UIN/IAIN) juga dicampur antara mahasiswa dan mahasiswi. Di bus juga (di Tripoli semua busnya buatan Italia IVECO yang asalnya adalah model truk) campur antara penumpang wanita dan pria. Bahkan dari sisi pemikiran Libya memberikan kebebasan semua pandangan, mulai dari yang fundamentalis sampai liberal. Pengalaman mahasiswa yang belajar di Kulliyat Dakwah Islamiyah mengungkapkan hal ini pada saya. Jadi sebenarnya persoalan yang terjadi di Libya adalah minimnya informasi tentang kehidupan sosial-kemasyarakan mereka ke dalam media di Indonesia, kalau pun ada, biasanya cenderung berita-berita yang kurang enak didengar.
Mayoritas wanitanya juga cantik-cantik. Yah.. wajah Arab lah. Dan banyak juga diantara mereka yang menikah dengan warga negara asing. Kalau mau boleh? Tapi maharnya... enggak tahan. Kalau di Indonesia bisa untuk menikah empat orang sekaligus.. he.. he... (be continued)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar