Tanggal 1 Mei 2008 bisa dikatakan tanggal yang sulit dilupakan oleh saya dan mudah mengingatnya. Karena tanggal itu adalah hari buruh Internasional, dimana pada tahun 2005 saya terjebak selama 6 jam di depan gedung DPR/MPR demo buruh seluruh Jabotabek, khususnya Tangerang, juga tanggal itu adalah hari ulang tahun kelahiran anak sulung saya, Anugerah Zamzami Nasr. Tanggal itu juga saya mulai bertugas sebagai Lokal Staff KBRI di Tripoli Libya. Walaupun tanggal tersebut libur karena berbarengan dengan hari kenaikan almasih (2008).
Udara kota Tripoli pada bulan Mei ini masih terasa cukup dingin pada sore dan malam hari, walau pada siang hari panas. Tapi belum panas betul, karena masih terasa dinginnya.
Hari kerja dimulai hari Ahad sampai dengan Kamis. Jum’at dan Sabtu libur pekan. Pada hari Jum’at (hari libur) semua toko dan warung kecil tutup dan baru buka setelah shalat Ashar. Tidak seperti di Jakarta yang 24 jam buka. Jadi cari makan pada jam libur itu sulit. Tidak ada satupun warung yang buka. Nampaknya mereka tidak ngoyo cari duit seperti di Jakarta. Toko-toko di pusat perbelanjaan pun demikian. Santai, rilek dan enjoy. Kalau customer datang biasa saja, enggak ditanya mau beli apa atau diyakinkan agar mau membeli. Seperti SPG di mall di Jakarta, yang bahkan memaksa customer untuk membeli. Pokoknya 160 derajat bedanya. Jadi kita tidak akan ketipu. Karena semua barang sudah ada bandrolnya, bahkan pada saat diskon diberitahu harganya.
Jam kerja dimulai dari jam 8.30 – 16.30 dengan break makan siang dan shalat Zuhur. Waktu shalat pun berbeda dengan WIB. Zhuhur kl jam 13.15, Ashar jam 16.45an, Maghrib jam 19.55an, Isha jam 21.45an sedangkan Subuh jam 04.45an.
Secara umum kota Tripoli sepi dibanding ibu kota negara lain. Karena jumlah penduduk Libya yang kl 6 juta jiwa, 1 jutaan berada di Tripoli. Bisa dibayangkan betapa sepinya kota lainnya. Kota terbesar kedua adalah Benghazi (Bani Ghazi) sebelah timur Tripoli ke arah perbatasan Mesir. Memang wilayah Libya lebih besar gurun pasirnya ketimbang kota berpenduduk.
Tata cara ibadah penduduknya lebih dekat dengan NU di Indonesia. Shalat Jum’at dengan dua azan dan melakukan wirid setelah shalat sebagaimana dilakukan umat Islam Indonesia yang berbasis ideologi NU.
Udara kota Tripoli pada bulan Mei ini masih terasa cukup dingin pada sore dan malam hari, walau pada siang hari panas. Tapi belum panas betul, karena masih terasa dinginnya.
Hari kerja dimulai hari Ahad sampai dengan Kamis. Jum’at dan Sabtu libur pekan. Pada hari Jum’at (hari libur) semua toko dan warung kecil tutup dan baru buka setelah shalat Ashar. Tidak seperti di Jakarta yang 24 jam buka. Jadi cari makan pada jam libur itu sulit. Tidak ada satupun warung yang buka. Nampaknya mereka tidak ngoyo cari duit seperti di Jakarta. Toko-toko di pusat perbelanjaan pun demikian. Santai, rilek dan enjoy. Kalau customer datang biasa saja, enggak ditanya mau beli apa atau diyakinkan agar mau membeli. Seperti SPG di mall di Jakarta, yang bahkan memaksa customer untuk membeli. Pokoknya 160 derajat bedanya. Jadi kita tidak akan ketipu. Karena semua barang sudah ada bandrolnya, bahkan pada saat diskon diberitahu harganya.
Jam kerja dimulai dari jam 8.30 – 16.30 dengan break makan siang dan shalat Zuhur. Waktu shalat pun berbeda dengan WIB. Zhuhur kl jam 13.15, Ashar jam 16.45an, Maghrib jam 19.55an, Isha jam 21.45an sedangkan Subuh jam 04.45an.
Secara umum kota Tripoli sepi dibanding ibu kota negara lain. Karena jumlah penduduk Libya yang kl 6 juta jiwa, 1 jutaan berada di Tripoli. Bisa dibayangkan betapa sepinya kota lainnya. Kota terbesar kedua adalah Benghazi (Bani Ghazi) sebelah timur Tripoli ke arah perbatasan Mesir. Memang wilayah Libya lebih besar gurun pasirnya ketimbang kota berpenduduk.
Tata cara ibadah penduduknya lebih dekat dengan NU di Indonesia. Shalat Jum’at dengan dua azan dan melakukan wirid setelah shalat sebagaimana dilakukan umat Islam Indonesia yang berbasis ideologi NU.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar