Senin, 21 Juli 2008

FAKULTAS KEHIDUPAN, UIVERSITAS ALAM SEMESTA

Fakultas Kehidupan, Universitas Alam Semsta.

Itu kurang lebih yang sering saya ungkapkan pada berbagai kesempatan kepada para Nakerwan di Hongkong selama saya memberikan motivasi kepada mereka. Saya kira tidak terlalu salah kalau saya mengungkapkan ungkapan demikian. arena Islam sesungguhnya mengajarkan kita untuk belajar sepanjang kehidupan. 'Tuntutlah ilmu dari orok hingga masuk lobang kubur (liang lahat)', begitu sabda Baginda Nabi Muhammad saw. Bahwa belajar adalah long life education. Bangku sekolah hanya sebagian dari proses belaajr sepanjang hayat tadi. Paradigma kita selama ini keliru dan menganggap bahwa belaajr hanya melalui proses jenjang pendidikan dari dasar, menengah dan perguruan tinggi. Setelh tamat perguruan tinggi merasa sudah jadi sarjana apalah gelarnya, Drs., Lc., MA., Dr., SH., dan lain-lain merasa sudah selesai belaajr. Tapi.. sayangnya paradigma semacam ini diidap oleh kita yang beragama Islam dan sekolah di Sekolah Islam, di Timur Tengah lagi, apalagi di Kuliyyah Dakwah Islamiyah, dan lain sebagainya.

Para Nakerwan secara pendidikan formal tidak berpendidikan tinggi. Paling tinggi mereka tamat setingkat SMU, pesantren atau SMP. Tapi berkat pengarahan dari para narasumber yang rata-rata orag yang sukses dalam menempuh kehidupan, mereka termotivasi dan terus belaajr. Seperti apa yang selalu ungkapkan diatas kepada mereka.

Begitupun saya ketika berada di Tripoli, Libya. Ibu kta Libya termasuk kota kecil untuk ukuran kota di Indonesia, apalagi dilihat dari sisi jumlah penduduknya yang hanya 1 juta orang saja. Penduduk Libya total hanya 5,5 juta. Masih lebih banyak penduduk kota Jakarta pada malam hari yang 9 juta, siang 12 juta. Kota kecil tersebut, masyarakat Indonesia juga sedikit bila dibandingkan di Cairo, Jeddah atau Hogkong yang berjumlah 150.000 orang. Masyarakat Indonesia di Tripoli hanya ada ratusan saja, dan itupun mayoritasnya mahasiswa yangs edang belaajr di Kuliyyah Dakwah Islamiyah Tripoli. Tapi.. lagi-lagi aneh, tidak mencerminkan masyarakat Muslim yangs esuai dengan ajaran Islam maupun refleksi dari nama kampus tempat belaajr. Makanya saya sering katakan bahwa sistem yang ada di Hongkong adalah ajaran Islam, sedangkan yang dikembangkan oleh masyarakat kita disana adalah sistem Arab. Berbeda sekali antara Islam dengan Arab.

Jadi sekarang saya di Tripoli lebih serius belaajr pada Fakultas Kehidupan, Universitas Alam Semesta. Saya belaajr tingkah laku orang perorang, dari mahasiswa, mahasiswa senior, mahasiswa yang sudah menjadi pegawai, pegawai, masyarakat dan lain sebagainya. Banyak sekali pengalaman yang saya pelajari sebagai bahan pelajaran alam kehidupan. Saya selama ini memang selalu belajar pada orang yang berhasil maupun yang gagal. Selama saya tinggal di Jeddah, hampir 8 tahun lamanya, saya banyak belaajr pada seorang Indonesia yang saya anggap berhasil adalah Pak Fadhol Arofah Maryadi. Dari beliau saya banyak belaajr tentang kehidupan. Bahkan sampai sekarang saya masih menerapkan beliau. begitu juga ketika saya kembali ke Jakarta saya banyak belaajr dari Prof. Nurcholish Madjid (Cak Nur). Dari kedua orang tadi, saya belaajr kedisplinan, tawadhu, dan etika dan moralitas. Pak Fadhol adalah orang yang sangat serius dalam masalah apa saja, kecuali pada saat santai. Menegnedari mobil di Jeddah, saya sering perhatikan bila bertemu di tengah jalan, tanpa sepengetahuan beliau tentunya, beliau terlihat sangat serius sekali. Begitu kedisiplinan waktu bekerja. Beliau bekerja di Islamic Development Bank (IDB). Beliau tidak mau membaca koran pada waktu jam kerja dan mengobrol sana-sini. Beliau baru mau baca pada saat istriahat atau break makan siang. Beliau selalu keki dengan sikap orang Pakistan di kantornya tentunya karena selalu membaca koran atau ngobrol pada saat jam kantor. Begitu juga dalam kunjungan ke rumah, beliau tidak akan menerima tamu kecuali sudah dengan perjanjian terlebih dahulu. Saya sangat respek sekali dengan sikap kedisiplinan yang beliau terapkan tersebut, sehingga di kota Jeddah beiau menjadi benckmaking untuk sebuah contoh yang baik dalam disiplin.

Ketika kembali dari Jeddah saya bertemu dan berguru dengan Cak Nur di kampus UPM. Dari beliau saya banyak mendapatkan ilmu baru yang lebih hebat dari gur-guru saya di Universitas Al-Azhar Mesir. Kalau dari Mesir saya mendapatkan pengetahuan dasar tentang keislaman, misalnya tafsir Al-Qur'an. Dari Cak Nur saya belajar saripati Al-Qur'an. Selama ini saya baru berada pada tataran permukaan Al-Qur'an. Dari Cak Nur saya belajar substansi Al-Qur'an.

Nah.. dari situasi dan kondisi masyarakat Indonesia Tripoli saya belajar dari kekurangsadaran mereka akan hakikat kehidupan. Saya belaajr dari keslahan orang. Seperti prinsip yang tulis disamping meja kerja saya, yang saya kutip dari Majalah Nirmala bahwa:'ORANG-ORANG YAG KAU TEMUI DALAM HIDUP INI, SIAPAPUN DIA, ETAH MENYENANGKAN ATAU MENYAKITKAN, AKAN MEMBUATMU MENEMUKAN SIAPA DIRIMU, DAN AKAN JADI APA KELAK DIRIMU".

Tidak ada komentar: