Jumat, 27 Februari 2009

KEAGUNGAN BEKERJA

KEAGUNGAN BEKERJA

Orang yang tidak mampu melihat keagungan di dalam, di balik, dan di ujung pekerjaannya sering digambarkan melalui tokoh pertama dalam kisah ’dua tukang batu’. Dikisahkan ada tukang batu yang bekerja mendirikan bangunan. Tukang batu pertama selalu mengeluh karena bekerja berat dengan gaji sedikit (menurutnya, kurang fasilitas, dsb, makanya konsep kerjanya cuma datang, dan pura-pura bekerja ketika ada pimpinan atau mandor). Tetapi orang kedua melihat lebih jauh daripada membangun tembok. Dia sadar bahwa tembok yang dibangunnya adalah sebuah rumah ibadah. Keasadaran itu menghasilkan sikap dan perasaan bahwa menyusun batu bata yang penuh debu di bawah terik matahari tidak hanya upah (gaji). Tapi dia ’merasakan’ dan menemukan kesempatan mengabdi kepada Tuhan lewat pekerjaan mengaduk semen dan menyusun batu-bata. (Masya Allah..inilah puncak ajaran Islam, bukan hanya ibadah formal saja tapi sudah menyangkut substansi dan inti ajaran agama. Kalau dalam trilogi ajaran Islam sudah berada pada maqam Ihsan. Motivasi seperti inilah yang menjadi lentera dan obor hidup saya. Ketika saya memutuskan untuk menjadi distributor DD Water, usaha air minum yang menjadi salah satu sisi bisnis Dompet Duafa Republika, yang diawali dengan pertemuan saya dengan sahabat lama, Eri Sudewo di Hongkong dan langsung tertarik dan ikut terlibat di dalam meaajukan usaha DD tersebut. Prinsip saya adalah bahwa setiap tegukan air yang masuk ke dalam kerongkongan orang yang minum ada doa kaum dhuafa di dalamnya. Memang banyak yang tidak setuju dengan pilihan saya, bahkan termasuk keluarga dekat. Karena melihat keuntungan yang sangat kecil dari usaha tersebut. Satu truk order, keuntungannya masih lebih besar honor saya mengisi kajian, belum lagi capeknya,dsb. Tapi saya tetap bergeming karena kesadaran tadi. Banyak contoh lain, seperti dikemukakan oleh Ary Ginanjar dalam training ESQ.... Orang yang negative thingking...contoh diatas saya dibilang sok, ego, sombong dll. Payah....kalau orang hatinya fasad (hadis Nabi).

Dalam hal pekerjaan keduanya sama, gaji sama, kondisi kerja sama, dan risikonya pun sama. Yang beda adalah tingkat kesadaran kedua orang tersebut atas hakikat pekerjaan. (Hal ini berlaku pada semua jenis pekerjaan yang dilakukan oleh kita. Tidak kecuali di kantoran pemerintah, swasta, mahasiswa, guru, profesional, dsb). Yang satu hanya melihat tembok, keringat, plus sedikit gaji; sedangkan satu lagi mampu melihat rumah ibadah, bahkan Tuhan, meskipun gajinya sedikit. Kemampuan menyadari bahwa kerja bukan Cuma sekedar mencari duit, melainkan berdimensi keagungan (rohaniyah) memiliki konsekuensi yang amat luas. Kesadaran itu memengaruhi ikatan batin si pekerja dengan pekerjaannya,- apapun jabatannya, - motivasi dan perasaan hatinya, sikap dan kebiasaan kerjanya, kualitas dan kuantitas kerjanya, bahkan kepribadian dan karakter sang pekerja. Bekerja bukan lagi hanya datang dan absensi (saya menemukan pengakuan seseorang yang mengatakan bahwa datang saja itu sudah bekerja....sory ini fakta...tapi gak boleh disebutkan siapa...nanti dibilang sok..sombong..hee..hee... Saya hanya bilang bahwa itu semua adalah pilihan dan setiap pilihan ada pertanggungjawabannya, baik di dunia apa lagi di akherat). Jika landasan dasar filosofis seperti diatas, maka bukan saja hasil kerjanya lebih baik, tetapi sang pekerja kemudian dimanusiakan ke tingkat yang lebih tinggi. Di dunia dia akan dicari untuk posisi yang lebih baik dan di akherat Insya Allah mendapat ganjaran dari Tuhan. Dia menjadi manusia dalam konsep ’Insan’, bukan ’al-Basyar menurut Al-Qur’an (Untuk lebih mendalam, silahkan kaji konsep ’al-Basyar’ dan ’al-Insan’ menurut firman-firman Allah yang berserakan dalam Al-Qur’an).

Jadi, kerja itu adalah ibadah, yang intinya adalah tindakan memberi atau membaktikan harta, waktu, hati, dan fikiran kepada Dia, Tuhan, Allah yang untuk-Nya kita abdikan. Melalui pekerjaan, kita bertumbuh menjadi manusia sehat rohani, (mohon kaji bahwa bahwa manusia banyak yang badannya sehat tapi rohaninya sakit.......namun mereka tidak sadar. Kasihan..tapi biasanya diingetkan lebih marahan mereka), yang kulaitas kepribadian, karakter, dan mentalnya berkembang ke arah yang ilahiyah, rohaniyah dan spritual... Masya Allah..personifiksasi malaikat berbentuk manusia.... Beribadah berarti berbakti dengan segenap hati, mengabdi tuntas penuh totalitas (ajaran agamanya dicontohkan khusyu’ dalam shalat), dan berserah pasrah dengan segenap cinta. Ibadah memerlukan pengorbanan, namun pengorbanan untuk suatu idealisme adalah kebahagiaan, dan pengorbanan yang didorong oleh rasa cinta adalah sukacita; dan buah ibadah seseorang terwujud pada etosnya.

(disarika dari Jansen Sinamo dengan beberapa perubahan dan contoh dari saya. Thanks Mr. Etos...semoga Tuhan bersamamu).

Tidak ada komentar: