Jumat, 27 Februari 2009

BEKERJA KERAS: MENYEHATKAN DAN MENGUATKAN

BEKERJA KERAS: MENYEHATKAN DAN MENGUATKAN


Orang yang bekerja keras mendayagunakan seluruh kemampuan biologis, psikologis, dan spiritual dirinya dengan sendirinya menjadi sehat lahir batin. Karena tuntutan pekerjaan, otak kita dipicu, jantung dipacu, otot direnggangkan, dan kelenjar-kelenjar tubuh mengalir dengan dosis optimal. Hasilnya kita bertambah sehat.

Apabila memandang pekerjaan sebagai wahana yang menyehatkan, maka kita akan mendatangi pekerjaan itu dengan perasaan positif, sama seperti orang datang ke stadion olahraga dengan antusias menonton tim kesayangannya bertanding. Biasanya membayarpun mau. Tapi dalam pekerjaan kitalah yang dibeli karcisnya dan dibayar. Karena itu seharusnya motivasi kerja kita dua kali lebih besar, semangat dua kali lebih tinggi.

Jadi bagaimana mengembangkan etos kerja keras? Pertama, dengan mengembangkan visi sebagai ilham untuk bekerja keras. Kedua, kerja merupakan ongkos mengembangkan benih keagungan dalam diri kita yang sekaligus juga berarti pengembangan diri kita. Ketiga, bekerja keras itu baik karena menyehatkan dan menguatkan diri kita. Keempat, mengembangkan falsafah kerja keras sebagai metoda mencapai keberhasilan yang lebih besar, suskses yang lebih tinggi dan pencapaian yang lebih hebat. Falsafah ini sering diartikan sebagai motto dan kata mutiara, seperti berikut:

1. Siapapun bisa selamat di laut yang tenang, tapi sang pemenang hanya mereka yang bertahan ketika gelombang badai menerjang.
2. Kerja keras adalah usaha luhur untuk menggali potensi maksimum diri dan lingkungan kita. (resikonya dibilang ’sok’, sombong, angkuh, dan macam-macam dari orang yang berfikir negatif....heee...heee).
3. Kerja keras, keyakinan, dan fokus adalah trilogi kunci menuju keberhasilan.
4. Meratapi masa lalu adalah kesia-sian, karena yang lalu mustahil kembali, dan yang akan datang tak mungkin dihindari dan harus dihadapi.
5. Mengeluhkan sesuatu adalah kebuntuan. Karena sebenarnya, itu adalah pertanda rendahnya semangat, lemahnya tekad, dan kurangnya niat untuk bekerja keras.
6. Bekerja keras mendaki gunung keberhasilan akan memperluas cakrawala pandang dan memperkaya pengalaman.
7. Orang-orang luar biasa memiliki satu persamaan: memiliki misi yang jelas dan komitmen yang kuat untuk mewujudkannya sehingga kerja keras merupakan kenikmatan.
8. Salah satu kenikmatan terbesar dalam hidup adalah mewujudkan apa yang kata orang mustahil dicapai dengan bantuan kecerdasan dan kerja keras.
9. Kegagalan bukanlah lonceng peringatan sudah waktunya kita menyerah, melainkan pertanda bahwa sudah saatnya kita mengubah pendekataan secara cerdas dan cerdik.
10. Tak ada sukses yang berarti tanpa kerja keras, keringat, dan air mata.
11. Jangan berkecil hati karena menjumpai halangan, karena bahkan batu penghalang pun bisa menjadi batu loncatan menuju keberhasilan.

Dikutip dari Janson H. Sinamo, guru etos Indonesia, seorang yang secara agama bukan seorang Muslim, tapi ’Islam’ dalam makna generik, karena perenungann yang dikebangkannya selama ini sebenarnya merupakan inti sari kedalaman Al-Qur’an (Iqra’). Sedangkan kita, umat Islam baru pada tahap ’pembacaan’ (Utlu). Padahal wahyu pertamanya berbunyi ’Iqra’, Cuma umat lain yang meng’iqra’nya.

Tidak ada komentar: