KBRI Tripoli menjadi tempat untuk mengadakan pengajian bagi masyarakat Indonesia yang berada di sekitar Tripoli. Pengajiannya pun santai. Dimuai pada jam 11.00 sampai jam 13.00, kemudian dilanjutkan shalat Jum'at dan diteruskan degan makan siang yang dikelola oleh Ibu-Ibu Home Staff secara bergiliran. Sebuah sunnah yang baik, semoga amal kebaikan ini, mengelola pengajian dan menyediakan makanan gratis menjadi amal kebajikan di sisi Allah. Tenaga pengajar pengajian diisi oleh mahasiswa, begitu juga pengajian untuk anak-anak juga diisi oleh mahsiswa juga pada jam yang sama, sehingga Bapak dan Ibunya juga ngaji, dan salat jumat.
Karena mahasiswa dalam msa ujian semester dan juga barangkali ada persoalan surat pemutusa hubungan dari KKMI terhadap semua kegiatan KBRI, saya diminta untuk megisinya. Karena pertimbangan ujian mahasiswa saya bersedia, bahkan dua sesi berturut-turut, dan sesi ketiga dengan memutar film.
Pada sesi pertama dan kedua saya membahs konsep taskhir dalam Al-Qur'an dan hubungannya dengan fungsi kekhalifahan manusia di dunia; manusia sebagai target penciptaan alam semesta. Sisi kemuliaan dan Allah memuliakan manusia pada hakikatnya, walau kemudian bisa menjadi terhina dan nista bila keluar dari jalan Allah. Konsep taskhir tersebut intinya, bahwa manusia menjadi target penciptaan dan alam smesta yang begitu luas dan melimpah ruah sebagai infrastruktur untuk menunjang dan mendukung hidup manusia. Inilah rahmat dan kasih sayang Allah kepada makhluk manusia. Oleh karena itu dilihat dari sisi ini, alangkah tidak seimbangnya persentase yang diminta sebagai pengabdian kepada Allah lewat rukun Islam dibandng anugerah yang diberikan kepada manusia. Hal ini harus disadari betul.
Seorang penulis Amerika menulis sebuah buku yang tidak ada daftar isinya, tapi hanya mencatat hal-hal yang patut disyukuri. Mulai dari bangun tidur saja, kita meghirup udara segar berisi oxigen, gratis. Cna kalau diminta membayar pada Tuhan. pasti gak bisa bayar karena mahalnya harga oxigen. Terus rasakan hal-hal kecil lain yang patut disyukuri. Belum hal-hal yang besar lainnya. Jadi benar-bnar keterlaluan yang namanya manusia bila lupa pada penciptanya. Sungguh keterlaluan.
Dalam pengajian itu saya gambarkan antara diri kita dengan kebesaran dan keagungan Allah. Atau mana 'Allhu Akbar' dalam dimensi kita. Coba bandingkan secara fisik, badannya merasa besar dibangdingkan dengan semut. Tapi menjadi kecil dibandingkan ruangan. Ruangan kecil dibandingkan rumah. Rumah menjadi kecil dibandingkan kota Trpoli. Tripoli menjadi kecil dibandingkan negara Libya. Libya menjadi kecil dibandingkan benua Afrika. Afrika menjadi kecil dibandingkan dunia (bumi), dan bumi menjadi kecil dibandingkan planet dan alam semesta, dan Allh lebih besar dn agung dari semua itu. Manusia hanya setitik debu, bahkan lebih kecl dari debu dabangdingkan keagungan Allah. Inilah makna 'takbiratul ihram, Allahu Akbr' yang kita ucapkn dalam salat. Tapi apakah itu sejati diucapkan dari lubuk hati yang terdalam? Gak yakin dech... Maka sungguh nista manusia an kita, bila mengingkari kenyataan tersebut. Apa yang bisa kita banggakan dihadapan Allah? nothing...
Nanti diteruskan..
Karena mahasiswa dalam msa ujian semester dan juga barangkali ada persoalan surat pemutusa hubungan dari KKMI terhadap semua kegiatan KBRI, saya diminta untuk megisinya. Karena pertimbangan ujian mahasiswa saya bersedia, bahkan dua sesi berturut-turut, dan sesi ketiga dengan memutar film.
Pada sesi pertama dan kedua saya membahs konsep taskhir dalam Al-Qur'an dan hubungannya dengan fungsi kekhalifahan manusia di dunia; manusia sebagai target penciptaan alam semesta. Sisi kemuliaan dan Allah memuliakan manusia pada hakikatnya, walau kemudian bisa menjadi terhina dan nista bila keluar dari jalan Allah. Konsep taskhir tersebut intinya, bahwa manusia menjadi target penciptaan dan alam smesta yang begitu luas dan melimpah ruah sebagai infrastruktur untuk menunjang dan mendukung hidup manusia. Inilah rahmat dan kasih sayang Allah kepada makhluk manusia. Oleh karena itu dilihat dari sisi ini, alangkah tidak seimbangnya persentase yang diminta sebagai pengabdian kepada Allah lewat rukun Islam dibandng anugerah yang diberikan kepada manusia. Hal ini harus disadari betul.
Seorang penulis Amerika menulis sebuah buku yang tidak ada daftar isinya, tapi hanya mencatat hal-hal yang patut disyukuri. Mulai dari bangun tidur saja, kita meghirup udara segar berisi oxigen, gratis. Cna kalau diminta membayar pada Tuhan. pasti gak bisa bayar karena mahalnya harga oxigen. Terus rasakan hal-hal kecil lain yang patut disyukuri. Belum hal-hal yang besar lainnya. Jadi benar-bnar keterlaluan yang namanya manusia bila lupa pada penciptanya. Sungguh keterlaluan.
Dalam pengajian itu saya gambarkan antara diri kita dengan kebesaran dan keagungan Allah. Atau mana 'Allhu Akbar' dalam dimensi kita. Coba bandingkan secara fisik, badannya merasa besar dibangdingkan dengan semut. Tapi menjadi kecil dibandingkan ruangan. Ruangan kecil dibandingkan rumah. Rumah menjadi kecil dibandingkan kota Trpoli. Tripoli menjadi kecil dibandingkan negara Libya. Libya menjadi kecil dibandingkan benua Afrika. Afrika menjadi kecil dibandingkan dunia (bumi), dan bumi menjadi kecil dibandingkan planet dan alam semesta, dan Allh lebih besar dn agung dari semua itu. Manusia hanya setitik debu, bahkan lebih kecl dari debu dabangdingkan keagungan Allah. Inilah makna 'takbiratul ihram, Allahu Akbr' yang kita ucapkn dalam salat. Tapi apakah itu sejati diucapkan dari lubuk hati yang terdalam? Gak yakin dech... Maka sungguh nista manusia an kita, bila mengingkari kenyataan tersebut. Apa yang bisa kita banggakan dihadapan Allah? nothing...
Nanti diteruskan..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar