… DAN ALAMPUN MERESPONS TINGKAH KITA
Penulis Amerika Rhonda Byrne, dalam karya best sellernya ‘SECRET’, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama yang juga menjadi buku best seller menjelaskan tentang respon alam semesta terhadap tingkah laku manusia terhadapnya. Bila alam disayangi maka alam pun akan merespons kasih sayang tadi secara positif. Hal ini bisa kita buktikan misalnya, dengan mengambil dua buah sampel tanaman hias. Keduanya disiram dan dirawat setiap hari. Pot yang satu disiram dengan sentuhan kasih sayang; sedangkan yang satunya lagi disiram tanpa sentuhan kasih sayang. Buktikan perbedaan kedua pot bunga tadi. Aura dan ‘brightness’ bunga yang disiram dengan kasih sayang akan berbeda dengan bunga yang disiram tanpa sentuhan kasih sayang. Walau kedua-duanya sama-sama disiram. Contoh lain boleh juga kita mencobanya dengan memaki-maki pot tadi, sedangkan yang lainnya dirawat dengan elusan dan buaian cinta. Kedua pohon tadi akan merespon terhadap apa yang diberikan oleh manusia.
Dalam hal yang lebih luas tentang respons alam ini adalah bukti bahwa apa yang diusahakan oleh kita sesuai dengan ‘effort’ yang dikeluarkannya, dan feed backnya pun akan sebesar itu pula yang diberikan alam kepada orang tadi. Usaha yang ditempuh seseorang akan mendapatkan sebanding dengan yang diusahakan. Al-Qur’an banyak sekali membicarakan masalah ini, misalnya dalam ayat yang berbunyi, “manusia akan mendapatkan (haknya) sesuai dengan apa yang diusahakannya”. Teori ini lebih lanjut bisa dijelaskan bahwa apa yang diperoleh seseorang melalui jalan yang tidak sah, haram, bukan haq dan lain sebagainya, akan hilang dari ‘kepemilikan’ orang tadi. Prosesnya sangat alamiah. Secara hukum alam - menurut kaum spiritual - kepemilikan itu akan hilang secara alamiah, bisa melalui berbagai proses seperti sakit, kecurian, bencana, musibah dan macam-macam cara, sehingga menyisakan apa yang ada saat itu. Sebenarnya, ‘sisa yang ada itu’ adalah hak miliknya yang dia ambil secara benar dan halal. Memang ketika kita masih merasa serba ‘wah’, kuat, mampu, tidak merasakan sisi-sisi spiritual ini, tapi pasti akan menjadi lain, bila mengalami musibahnya. Persolaannya adalah pada time of respons yang dialami oleh masing-masing orang.
Kita sering sekali lengah dan lupa akan hal ini. Salah satu contoh yang dapat dikemukakan disini, misalnya, kita bisa saja memalsukan ‘pendapatan’ dengan cara yang tidak halal. Kita menerima pendapatan tersebut dengan tertawa dan gembira. Tapi sebenarnya kita sedang merajut nestapa yang kita ciptakan sendiri. Karena alam sedang merekam tingkah kita. Rekaman alam ini merupakan time of respons sikap dan tingkah laku yang kita perbuat. Dan rekaman alam semesta ini sangat smooth sehingga tidak dapat dirasakan pada saat itu. Persitiwa ini bila dikonversi ke dalam ajaran agama, proses tersebut merupakan ‘pengawasan’ Tuhan terhadap ulah kita. “Sesungguhnya Tuhanmu Mahamerekam (perbuatanmu)” Q.s., Al-Fajr: 89:14, demikian firman Tuhan.Jadi rugi dan sia-sialah yang kita usahakan dari ketidakjujuran. Karena pasti akan pergi dari diri kita. Apalagi kalau ketidakjujuran tersebut sangat besar dampaknya bagi orang banyak, sehingga bisa menyengsarakan mereka sepanjang hidup; dan kita mendapatkan dua kali kerugian. Rugi bagi diri sendiri dan merugikan diri orang lain, bahkan lebih jauh lagi dapat dikatakan rugi dunia-akherat.!!
Dimuat di buletin Baraka KBRI Tripoli, Libya.
Selasa, 26 Agustus 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar