SIDI ABD. SALAM AL-ASMAR, SANG LAMPION PENYIHIR LARON
Zletin. Sebuah kota kecil di pinggir pantai utara Libya. Kira-kira 200 km dari Tripoli ke sebelah Timur. Membelah padang pasir dan pohon tin. Di tengah kota Zletin, bersemayam makam Sufi besar keturunan Rasulullah saw. Sidi Abdul Salam al-Asmar terbaring di tengah masjid dan pesantren tertua di Zletin. Makam tersebut menjadi lentera dan obor pada hari kedua Idul Fitri. 2 Syawal setiap tahun Zletin dikerumuni laron-laron dari berbagai penjuru Libya dan sekitarnya.
Syeikh Syarif, pimpinan zawiyah (khanqah sufi) Uqbah bin Nafi. Ia berasal dari Tarhunah. Sebuah kota kecil dan terpencil. Namun hidup dengan madah dan pujian kepada baginda Nabi Muhammad saw. Sebuah tarian aroma sufistik didendangkan. Mendengar alunan musik dan irama, seolah kita dibawa ke alam lain. Alam spritual. Alam yang beda dengan yang selama ini kita geluti. Alam duniawi yang fana. Sebuah magnit yang kuat menarik kerinduan kalbu pada perjanjian promordial. Syahdu. Sendu dan mengalu. Wahai... aduhai wahai... alangkah indahnya hidup dalam aroma sufiyah. Bersih. Jernih. Suci. Tidak ada kezaliman. Tidak ada perbedaan. Tidak ada pangkat. Semua saling berpelukan dan saling meminta maaf sambil saling mendoakan dan mengucapkan shalawat kepada baginda Rasul. Allah... subahanallah... nuansa profetik hadir di tengah kita yang mengalami dan memahaminya.
Pesan Dr. Miftah Abdullah bin Masudah, Sekjen Tarekat Sufiyah Libya, seorang alim dan pakar tafsir esoterik Al-Aqur’an. Menafsirkan satu ayat seolah lautan sedang berada di depan kita. Gelombang samudera mendera pemahaman yang begitu luas dari firman Tuhan. Kita merasa betapa dangkal dan naifnya di hadapan sang mufasir ulung. Doktor jebolan Fakultas Ushuluddin, Universitas Al-Azhar tersebut mengingatkan umat Islam saat ini sudah melupakan Nabi Muhammad saw. Kita, umat Islam, jelas beliau, fikih kita bagus, akidah baik, tapi kita tidak tahu mengenal siapa sesungghnya Nabi Muhammad saw. Rasulullah itu siapa? Pada posisi apa beliau kita sandingkan?? Kita hanya mengenal Rasul lewat silsilah saja. Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Bad Manaf dst. Hanya itu. Tidak lebih tidak kurang.
Beliau mengingatkan bahwa para sufi yang menyadarkan kita akan kecintaan kepada baginda Rasul. Tanpa sufi, Rasulullah terabikan. Dan seseorang yang mengenal dalam arti sebenarnya siapa itu Rasulullah saw, pasti dia tidak akan pernah menjadi ekstrimis. Begitu pesan yang disampaikan sheikh Dr. Miftah Abdullah bin Masudah. Banyak lagi pesan yang beliau sampaikan. Insya Allah bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar