Selasa, 26 Agustus 2008

MENJADI MUFTI DI HONGKONG

Alhamdlillah hari ini, adalah hari ketiga keberadaan saya di Hongkong. Kemarin, Ahad, saya memberikan taushiyah di Masjid Ammar, Islamic Union of Hongkong. Pertama, dari jam 11.00 - 12.00 diisi dengan pembacaan doa dan istighatsah. Kemudian dilanjutkan, setelah zhuhur dan makan siang dengan taushiyah hingga jam 16.30. Ruangan masjid alhamdulillah terisi penuh dengan audience. Setelah itu diadakan acara tanya jawab. Malamnya kami diundang makan malam di Warung Malang, Causeway Bay, Hongkong oleh panitia. Sebelumnya diundang makan siang, pada hari Sabtu dan Minggu di restorant Muslim Food di IUHK.
Antuasiasme para peserta harus mendapatkan apresiasi dan acungan jempol. Mereka tetap mengikuti acara dari awal hingga akhir, bahkan waktu yang diberikan panitia terasa kurang. Waktu juga yang harus membuat kita akhiri, karena pada jam 17.00 akan dilaksanakan shalat ashar. Saya sangat berbahagia melihat respons para peserta tersebut. Tidak seperti mahasiswa kita, Universitas Paramadina, yang menurut pengalaman saya selama ini kurang apresiasi pada 'kebenaran agama', bahkan cenderung meremehkan dan mengecilkan. Kuliah agama Islampun masih pada tahap untuk mendapatkan nilai ujian saja. Belum pada orientasi mencari kebenaran. Justru orientasi mencari kebenaran ini saya mendapatkannya di Hongkong. Bukan di kampus. Apakah ini yang namanya dunia intelektual. Karena saya pernah difahami bahwa kampus hanya berfungsi sebagai transfer ilmu, bukan untuk mengagamakan mahasiswa.Karena dalam sesi tanya jawab waktunya sangat terbatas tersebut, sehingga pada hari ini saya menjadi mufti melalui saluran telepon. Dakwah Committe IUHK membuka fasilitas melalui saluran komunikasi, baik telepon maupun SMS bagi umat Islam yang ingin mengkonsultasikan masalah-masalah agama yang mereka hadapi. Bahkan menyediakan nomor HP khusus untuk memfasilitasi masalah ini.Dari pertanyaan yang diajukan, kita dapat fahami problematika sebenarnya yang dihadapi umat Islam yang hidup di negara bebas dan modern seperti Hongkong. Mulai dari problematika yang bersifat fikhiyyah sampai pada problematika sosial-kemasyarakatan. Suasana beragama terasa hidup. Mungkin kita tidak membayangkan sebelumnya, bagaimana di kota serba 'wah' dan mewah banyak kita temui 'saudara muslimah' yang menggunakan jilbab dan berbusana muslimah yang ishmah. Lagi-lagi saya harus mengakui 'kalah' bila membandingkan dengan mahasiswi kampus kita, Universitas Paramadina.Saya terus terang merasa 'malu', bila merenungi apa yang terjadi antara umat Islam di Hongkong dengan di kampus kita. Bandingannya bagaikan 'bayn al-sama'i wa al-ardh'. Barangkali kita boleh membela dengan berbagai dalih, tapi itulah sebuah kenyataaan. Bagaimana selama ini kawan-kawan yang mempunyai komitment sangat tinggi memperjuangkan nilai-nilai keislaman di ranah kampus mengalami kekecewaan 'berat' karena hanya sukses menuai kekecewaan demi kekecewaan. Kok saya jadi 'cengeng' sih. Bagaimana kawan-kawan, pejuang 'Kaf' dan 'Ha' lambang kampus tercinta kita. Saya tunggu komentar dan tanggapannya.
Salam dari Hongkong,
Nasruddin Latief
HK, 16 September 2005

AYAT SUCI AL-QUR'AN DAN SHALAWAT NABI BERKUMANDANG DI AUDITORIUM CHINESE UNIVERSITY OF HONGKONG


Seperti yang saya tulis sebelumnya mengenai malam budaya dan agama 'Harmony in Diversity: A New Generation of Global, Cultural and Religious Perspectives' yang diselenggarakan oleh Department of Cultural and Religious Studies, The Chinese University of Hongkong, umat Islam Indonesia tampil mewakili agama Islam. Acara yang menampilkan semua agama yang ada di Hongkong ini kecuali Yahudi, mula-mula tampil adalah wakil dari Katolik. Mereka membawakan lagu Ubi Caritas est Vera, Deus ibi est, kemudian dilanjutkan dengan lagu 'Exsuptate Justi" Ludovico Grossi da Viadana. Setelah itu dilanjutkan oleh wakil agama Konghuchu, yang membawakan lagu dalam bahasa Mandarin. Lalu tampil wakil dari agama Islam.

Agama Islam menampilkan group kasidah para akhawat yang dibina oleh pihak Dakwah Committee Islamic Union of Hongkong. Acara dimulai dengan pembacaan ayat suci Al-Qur'an dan shalawat Nabi dan diakhiri dengan lagu Rindu padamu Ya Allah dalam bahasa Cantonis.
Setelah wakil agama Islam, tampil wakil agama Hindu yang membawakan lagu Krishna. Berkumandanglah selama 15 menit alunan lagu tersebut " Hare Krishna Hare Krishna, Krishna Krishna Hare Hare, Hare Rama Hare Rama Rama Rama Hare Hare". Setelah itu tampil wakil dari Protestan membawakan lagu the Bread dan I say Jesus, Jesus, I say Jesus. It's You diiringi band rock.

Seperti yang saya komentari bahwa acara seperti ini patut dicontoh karena akan memberikan wawasan bagi masyarakat kita yang majemuk dalam soal agama, sehingga tidak perlu terjadi ribut dan bermusuhan seperti yang terjadi di Ambon dan Poso. Generasi muda Hongkong (Pelajar dan siswa-siswi sekolah) diberi kesempatan untuk mengetahui agama-agama yang ada di Hongkong, sehingga wawasan pluralitas keagamaan mereka tumbuh. Walaupun saya baru tahu kalau banyak diantara mereka yang tidak beragama (no religion). Saya kira contoh yang selama ini menjadi trade mark Paramadina yang menyamakan semua agama tidak perlu lagi dilanjutkan, karena kita mengambil contoh dari Hongkong tentang makna sebenarnya dari pluralisme agama.

Bila ada yang ingin dikomentari dan ditanggapi, saya sangat berterima kasih. Saya tunggu.

Salam,

Nasruddin Latief,
Hongkong, 13 Juli 2005.

ISLAM SEMAKIN DITERIMA SEMUA KALANGAN

Hari kedua (2 Juli 2005) keberadaan saya di Hongkong diisi dengan kegiatan Dakwah Committe di Islamic Union of Hongkong di Wancai. Pagi hari dari jam 11.00 - 13.00 berbicara dengan komunitas Indonesia, jamaah pengajian rutin (halaqoh) Sabtu, dengan jumlah peserta yang cukup banyak. Dalam pertemuan perdana saya lebih banyak memberikan 'motivation' mereka dengan pendekatan holistik atas anugerah dan potensi yang diberikan Allah kepada manusia, siapapun mereka, bangsa apapun mereka, warna kulit apapun mereka. Dengan mengambil contoh idola yang dikagumi dan kesuksesan mereka, banyak peserta yang tersentuh. Kok mereka bisa berhasil, kenapa kita tidak berhasil, padahal anugerah Allah pada dia dan kita sama. Dimana letak kesalahan kita. Kesimpulannya adalah kita harus berubah, mengasah potensi dan anugerah kita menjadi tajam. Karena selama ini potensi yang ada itu, bagaikan pisau yang sudah berkarat, tidak tajam lagi. Caranya hanya bagaimana kita selalu dan senantiasa mengasah 'pisau' potensi itu agar selalu tajam.Pada sore hari sesuai jadwal kegiatan Dakwah Committee saya mengajar bahasa Arab. Saya tidak membayangkan kalau di HK ada kegiatan belajar bahasa Arab. Antusiame para peserta sangat tinggi. Saya juga melihah warga HK yang ingin mengetahui lebih dalam tentang agama Islam. Diantara mereka ada yang sudah masuk Islam maupun yang belum. Kegiatan ini dikerjakan oleh Brother Othman Wang, imam di masjid Ammar Wancai. Begitu kelas yang dikelola oleh orang-orang Pakistan. Saya melihat kegiatan di IUHK cukup ramai, terutama pada hari Sabtu dan Minggu. Kegiatan tersebut berakhir sampai jam 17.00 sore (waktu azan shalat Asar)Setelah itu saya dan kawan dari Dakwah Committee mendapat undangan dari keluarga Indonesia yang menikah dengan warga Amerika yang sudah menjadi muslim. Keluarga itu, terutama suaminya yang Amerika ingin lebih mendalami ajaran Islam, terutama hal-hal asasi dalam shalat. Kami berada disana sampai lepas maghrib dan shalat bersama di rumah mereka. Melihat kawasan tempat tinggal mereka kita bisa menebak, mereka dari kalangan "atas. Karena sewa apartment kawasan tersebut perbulan kurang lebih HKD 50.000. Dari obrolan dan pertanyaan yang diajukan keluarga itu saya sangat berkesan betapa ingin tahunya mereka mengenai ajaran agama Islam. Mereka membaca buku-buku dasar agama Islam, tapi ingin lebih tahu penjelasan langsung dari Dai. Ternyata kakaknya juga sudah menjadi muslim dan tinggal di USA.Dari pertemuan dan obrolan singkat tersebut, saya teringat sebuah Hadits Nabi yang sering diungkapkan Syeikh Yusuf Qaradhawi, dalam acara beliau di TV Al-Jazirah Qatar, - ketika saya tinggal di Jeddah TV tersebut menjadi santapan pavorit saya - bahwa agama Islam akan masuk "ke rumah yang terbuat dari batu/tanah liat" maupun ke "rumah gedung". Hadits ini jarang dikemukakan dalam pelajaran hadits di tanah air. Hadits ini dikemukakan Nabi dalam bahasa sombolis. Maknanya adalah bahwa nanti agama Islam akan diterima oleh berbagai kalangan, apapun status mereka. "Rumah Gedung" dalam nash hadits tersebut bisa kita kategorikan bangsa-bangsa/negara-negara maju seperti Eropa Barat dan Amerika Utara. Saya teringat Prof. Dr. Nurcholish Madjid sering berbicara masalah ini dalam berbagai kesempatan, baik kuliah maupun ceramah beliau di kapus UPM.Peristiwa kecil itu semoga menjadi pertanda kebenaran hadits Nabi diatas dan Islam semakin diterima oleh berbagai kalangan. Saya mohon tanggapan dan komentar pembaca.
Salam,

Hongkong, 8 Juli 2005

Nasruddin Latief

HARMONY IN DIVERSITY: CO-EXISTENCE AMONGST RELIGIOUS AND ETHNIC COMMUNITIES


Tadi malam saya mendapatkan kesempatan menyaksikan acara 'Harmony in Diversity' yang diselenggarakan oleh Department of Cultural and Religious Studies, the Chinese University of Hongkong. Program ini nampaknya program tahunan yang dilakukan untuk memberikan keterbukaan bagi masyarakat Hongkong, terutama generasi mudanya mengenai pluralisme agama. Perbedaan diantara agama-agama bukan berakhir pada penyamaan semua agama, tapi pada pengakuan kebaradaan mereka, tanpa membuat prasangka negatif pada agama lain. Saya melihat betapa indahnya tema yang diusung yaitu 'harmony in diversity'. Saya menyaksikan peserta yang hadir, terutama wakil-wakil dari siswa siswi sekolah menengah juga ikut menyaksikan dan mengisi acara.

The Chinese University of Hongkong terletak di kawasan Shatin, Kow Loon island. Lokasinya cukup jauh dari pusat kota. Dari Wancai (IUHK) dituju dengan dua kali pindah transport. Pertama menggunakan bus sampai terminal kereta Hong Ham. Dari situ dilanjutkan naik kereta MCR jurusan Lo Wu, kota terakhir Hongkong yang berbatasan dengan Shen Zen, Cina Daratan.
Kampus the Chinese Univerity of Hongkong sangat luas, dan terletak di bukit agak tinggi. Dari stasiun kereta, namanya juga stasiun University, ditempuh menggunakan shuttle bus sampai di lokasi. Karena jaraknya agak jauh dan juga menaiki tanjakan.

Saya merasakan penghargaan megenai rasa religiusitas mereka. Panitia penyelenggara dari Jurusan Studi Budaya dan Agama mempersilahkan kami dan rombongan untuk melaksanakan shalat magrib terlebih dahulu di salah satu ruang kuliah, sebelah Aula Utama tempat acara. Karena kami tiba di lokasi menjelang maghrib dan acara dimulai setalah magrib. Magrib di HK k.l. jam 19.15. Kesan pertama yang segera terlihat adalah kebersihan dan kemodernan fasilitas ruang kuliah. Ruang kuliah tidak terlalu besar, berkarpet, diisi dengan 30an kursi mahasiswa. Tiap ruang kuliah mempunyai audio visual dengan meja permanen. Infocus diletakkan permanen juga digantung di atas ruangan kelas. Bisa kita bayangkan berapa buah peralatan tersebut mereka miliki. Yang jelas sebanyak kelas yang dimiliki sebanyak itu juga peralatan pendukung perkuliahan yang tersedia.

Masih jauh rasanya kita membayangkan di tanah air ada sebuah universitas yang mempunyai kelengkapan fasilitas pendukung perkuliahannya sebaik itu. Masih menunggu puluhan tahun dan juga bayarannya pasti akan mahal sekali. Mudah-mudahan UPM tidak seperti itu.

Mengenai isi dan acara yang berlangsung nanti akan saya susulkan dalam tulisan berikutnya.

Salam,
Nasruddin Latief
Hongkong, 2 Juli 2005

DI DEPAN JALAN JAWA, TRIPOLI, LIBYA

Bergamnbar di depan Syari Jawa, Kota Tripoli. Di Ibu kota Libya terdapat tiga buah jalan yang ada hubungannya dengan Indonesia. Pertama, Syari (Jalan) Jawa, Syari Jakarta dan Syari Bandung.

PESAN-PESAN PROFETIK


Alkisah, ada seorang yang dimasukkan ke surga, padahal dia merasa hal itu tidak pantas baginya. Dia merasa bahwa ketika di dunia amal ibadahnya tidak ‘luar biasa’, dan super alim. Shalatnya biasa saja. Puasa juga begitu. Tapi tidak pernah meninggalkan maupun melalaikannya. Tapi kenapa kok ditempatkan di tempat yang ‘begitu’ mulia disisi Tuhan.

Dia sendiri mengingat-ingat perbuatan apa gerangan yang menyebabkannya bisa mendapatkan tempat tersebut. Karena dia merasa ketika di dunia amal perbuatan ibadah ‘mahdahnya’ pun tidak ada yang istimewa. Ketika ditanya, “Pernahkah kamu menanam pohon buah sewaktu di dunia dulu”?. Dia pun langsung ingat. “Ya, betul ketika di dunia saya banyak menaman pohon buah di lahan milik saya yang tidak terlalu luas. Saya niat dengan menanam pohon buah tersebut yah siapa saja boleh menikmati bila tertarik. Memang, saya mempersilahkan siapa saja untuk mengambil buah tersebut bila suka. Bahkan saya melihat setiap pagi burung-burung berhinggapan dari mana-mana, bercengkerama, sendagurau, bernyanyi, bahkan bercinta, berjingkrak, berkicau dari satu dahan ke dahan yang lain dengan riangnya”. “Tahukah kamu bahwa burung-burung tersebut berterima kasih kepada kamu dan mendoakan kamu kepada Tuhan. Itulah yang menyebabkan kenapa kamu dimasukkan ke dalam surganya. Sebaliknya berlaku hukum yang sama. Ketika seseorang menghianati tugas di tempat kontrak kerjanya, di perusahaan, proyek, kantor, majikan, termasuk juga KBRI dan lain-lain tempat , - bisa jadi dia merasa ibadahnya sudah bagus, alim dan pandai karena alumni perguruan tinggi Islam dan keangkuhan lainnya,- tapi justru perhitungan salah. Malah sebaliknya dimasukkan ke dalam neraka”. Tentu saja orang tadi terperangah dan protes. “Kenapa saya dimasukkan ke dalam neraka?” protesnya. Dijawab, “Bukankah dulu kamu melakukan pekerjaanmu itu karena bos, pimpro, majikan, pimpinan dan atasan. Bukan karena Allah. Ketika mereka tidak ada kamu lalaikan tugasmu dan tidak bertanggungjawab. Kamu melakukan semua itu dengan niat hanya mencari harta dan dunia sebanyak-banyaknya. Kamu lupa niat kamu semula. Kamu tidak sadar kalau Tuhan sedang merekam perbuatanmu”. Demikian kira-kira dialog yang terjadi.

Sahabat, dari kisah profetik diatas kita bisa mengambil hikmah, - orang yang bisa melakukan hal itu adalah orang yang paling bijak, demikian kata Imam Syafi’i, - membuka matahati dan nurani, kembalikan semua itu kepada Sang Pencipta Tuhan Yang Maha Kuasa. Kita bekerja jauh meninggalkan tanah air ribuan kilometer bila hanya nantinya ketidakbernilaian disisi Tuhan yang diperoleh, untuk apa?, Walau materi kita dapatkan. Apalah artinya sebuah materi dan keduniawian. Bahkan ia bisa menjadi penyebab dan penghalang kebahagiaan hakiki kita. Oleh karena itu, mulailah dengan ‘nawaitu’ yang lurus, semoga semua pekerjaan kita dilandasi niat yang tulus pada Tuhan, komitmen pada pekerjaan, saling menolong antar sesama walau sekecil apapun, Insya Allah, dunia dan materi kita peroleh, begitupun ganjaran dari Tuhan. Semoga, Amin. (Dimuat di Bulletin Baraka, KBRI Tripoli, Libya)

KEMERDEKAAN HAK SETIAP MANUSIA



Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa dan sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan’.


Demikian preambule Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Bahwa kemerdekaan adalah hak setiap umat manusia karena pada hakikatnya manusia tercipta dalam keadaan merdeka. Kemerdekaan merupakan hak dasar setiap manusia.


Berbicara tentang kemerdekaan dalam konteks kebangsaan Indonesia perlu penetrasi lebih dalam karena penuh dengan nilai-nilai penegakan kemerdekaan individual bangsa Indonesia. Para pejuang dan kesuma bangsa sangat menyadari makna kemerdekaan tersebut karena mereka merasakan betapa pahit dan menderitanya hidup di alam penjajahan dan ketidakmerdekaan. Oleh sebab itu, pengorbanan yang berdarah-darah, jiwa, nyawa, harta dan sebagainya menyertai perjuangan mereka. Makna kemerdekaan dan nilai-nilai kemerdekaan tersebut tidak hanya dimaknai dalam konteks dibawah penjajahan asing yang menguasai dan menduduki negara tertentu, tapi ia sendiri berada dalam konteks semua zaman dan masa. Kapanpun, setiap ketidakmerdekaan dirasakan oleh setiap manusia dan negara, maka sesungguhnya kemerdekaan hakiki belum dinikmatinya.


Mengutip Cak Nur, bahwa kita masih dalam proses, belum sampai pada tujuan. Oleh karena itu perjuangan pemerintah Republik Indonesia untuk mewujudkan cita-cita kebangsaannya harus mendapat dukungan dan partisipasi kita semua, rakyat dan bangsa Indonesia, baik yang berada di tanah air maupun yang berada di luar negeri. Apalagi kita yang bekerja di Libya maka ‘makna dan nilai’ kemerdekaan tersebut menjadi pertaruhan watak kinerja kita semua. Dalam arti bahwa sebagai manusia yang merdeka identik harus sejalan dengan ‘nilai-nilai kualitas dan kewujudan kemerdekaan’ secara maksimal. Apa yang kita kerjakan dalam bidang tugas dan pekerjaan tersebut merupakan bentuk makna kemerdekaan hakiki dan itu sudah cukup sebagai sumbangsih terhadap Negara. Untuk memperjelas makna filosofis diatas, adalah secara kreatif kita mengerjakan tugas dan tanggungjawab terhadap pekerjaan kita tanpa melihat diperhatikan atau dilihat atasan. Ini yang saya maksudkan dengan ’nilai-nilai dan makna kemerdekaan’. Makna ini lawannya adalah ‘budak’ atau ‘perbudakan’. Orang yang merasa dirinya sebagai ‘orang meredeka’, bukan budak dia akan bertanggungjawab secara penuh dan jujur terhadap pekerjaannya tanpa ada pengawasan dari orang lain. Pengawasan itu ada dalam dirinya, yaitu hati nurani dan Tuhan. Makna kemerdekaan dan budak tersebut tepat dengan adagium bahasa Arab, ‘Al-Abdu yudhrabu bi al-asha, wa al-hurru yakfi bi al-isyarah’. ‘Budak (megerjakan kewajiban dan tugaasnya) harus dipukul dulu dengan tongkat, sedangkan orang merdeka cukup dengan isyarat saja sudah faham kewajiban dan tugasnya’.


Semoga dengan peringatan hari proklamasi 17 Agustus 1945 dan semangat perjuangan para pejuang yang mendahuluinya menjadi pedoman dan tolok ukur kita untuk berjuang di alam kemerdekaan Republik Indonesia dalam konteks yang lebih luas dalam ‘nilai-nilai dan makna kemerdekaan hakiki yang sesungguhnya’. Jangan seperti budak yang bekerja harus dicambuk dulu. Semoga… (http://www.fakirilmu.blogspot.com/)


dimuat di Bulletin Baraka, KBRI Tripoli, Libya

SERAH TERIMA JABATAN DI LINGKUNGAN KBRI TRIPOLI


Pada hari Ahad, 27 Juli 2008 telah dilakukan serahterima jabatan Bendaharawan dan Penata Kerumahtanggaan Perwakilan (BPKRT) di lingkungan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Tripoli, dari pejabat lama Rustini Awod Raswady kepada penggantinya Agung Nur Cahyono. Rustini (biasa disapa Bu Yus telah menjalankan tugasnya sebagai BPKRT selama 3 tahun 3 bulan dan akan kembali ke Departemen Luar Negeri, Jakarta).

Acara serahterima jabatan dipimpin langsung oleh Duta Besar RI untuk Libya Bapak Drs. Sanusi, dan disaksikan oleh Kepala Kanselerai Drs. Endang Setiady dan Kepala Fungsi Ekonomi dan Politik Temu Alam, SE dan dihadiri oleh seluruh Home Based Staff dan Lokal Staff di lingkungan KBRI Tripoli. Acara berlangsung penuh khidmah dan tertib.

KEGIATAN MENJELANG 17 AGUSTUSAN

KEGIATAN MASYARAKAT DALAM RANGKA PERINGATAN PROKLAMASI RI KE-63 KEDUTAAN BESAR REPUBLIK INDONESIA (KBRI) TRIPOLI.

Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tripoli, Libya, dalam rangka menyambut peringatan hari proklamasi dan resepsi Kemerdekaan Republik Indonesia ke-63 menyelenggarakan perlombaan dan pertandingan olahraga. Kegiatan tersebut bertempat di gedung KBRI Tripoli pada tanggal 8 dan 15 Agustus 2008. Puncak acara tersebut adalah pemberian hadiah dan pengundian door prize diadakan pada tanggal 15 Agustus 2008. Acara kegiatan diikuti oleh Staf KBRI, masyarakat Indonesia dan mahasiswa yang sedang nyantri di Kulliyat Al-Dakwah Al-Islamiyah, Tripoli. Kegiatan olah raga dan kamasyarakatn tersebut dilakukan dengan bekerja sama antara KBRI Tripoli dengan PT. Citramegah Karya Gemilang (CKG).

KOLOM: PESAN-PESAN BIJAK

… DAN ALAMPUN MERESPONS TINGKAH KITA



Penulis Amerika Rhonda Byrne, dalam karya best sellernya ‘SECRET’, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama yang juga menjadi buku best seller menjelaskan tentang respon alam semesta terhadap tingkah laku manusia terhadapnya. Bila alam disayangi maka alam pun akan merespons kasih sayang tadi secara positif. Hal ini bisa kita buktikan misalnya, dengan mengambil dua buah sampel tanaman hias. Keduanya disiram dan dirawat setiap hari. Pot yang satu disiram dengan sentuhan kasih sayang; sedangkan yang satunya lagi disiram tanpa sentuhan kasih sayang. Buktikan perbedaan kedua pot bunga tadi. Aura dan ‘brightness’ bunga yang disiram dengan kasih sayang akan berbeda dengan bunga yang disiram tanpa sentuhan kasih sayang. Walau kedua-duanya sama-sama disiram. Contoh lain boleh juga kita mencobanya dengan memaki-maki pot tadi, sedangkan yang lainnya dirawat dengan elusan dan buaian cinta. Kedua pohon tadi akan merespon terhadap apa yang diberikan oleh manusia.

Dalam hal yang lebih luas tentang respons alam ini adalah bukti bahwa apa yang diusahakan oleh kita sesuai dengan ‘effort’ yang dikeluarkannya, dan feed backnya pun akan sebesar itu pula yang diberikan alam kepada orang tadi. Usaha yang ditempuh seseorang akan mendapatkan sebanding dengan yang diusahakan. Al-Qur’an banyak sekali membicarakan masalah ini, misalnya dalam ayat yang berbunyi, “manusia akan mendapatkan (haknya) sesuai dengan apa yang diusahakannya”. Teori ini lebih lanjut bisa dijelaskan bahwa apa yang diperoleh seseorang melalui jalan yang tidak sah, haram, bukan haq dan lain sebagainya, akan hilang dari ‘kepemilikan’ orang tadi. Prosesnya sangat alamiah. Secara hukum alam - menurut kaum spiritual - kepemilikan itu akan hilang secara alamiah, bisa melalui berbagai proses seperti sakit, kecurian, bencana, musibah dan macam-macam cara, sehingga menyisakan apa yang ada saat itu. Sebenarnya, ‘sisa yang ada itu’ adalah hak miliknya yang dia ambil secara benar dan halal. Memang ketika kita masih merasa serba ‘wah’, kuat, mampu, tidak merasakan sisi-sisi spiritual ini, tapi pasti akan menjadi lain, bila mengalami musibahnya. Persolaannya adalah pada time of respons yang dialami oleh masing-masing orang.

Kita sering sekali lengah dan lupa akan hal ini. Salah satu contoh yang dapat dikemukakan disini, misalnya, kita bisa saja memalsukan ‘pendapatan’ dengan cara yang tidak halal. Kita menerima pendapatan tersebut dengan tertawa dan gembira. Tapi sebenarnya kita sedang merajut nestapa yang kita ciptakan sendiri. Karena alam sedang merekam tingkah kita. Rekaman alam ini merupakan time of respons sikap dan tingkah laku yang kita perbuat. Dan rekaman alam semesta ini sangat smooth sehingga tidak dapat dirasakan pada saat itu. Persitiwa ini bila dikonversi ke dalam ajaran agama, proses tersebut merupakan ‘pengawasan’ Tuhan terhadap ulah kita. “Sesungguhnya Tuhanmu Mahamerekam (perbuatanmu)” Q.s., Al-Fajr: 89:14, demikian firman Tuhan.Jadi rugi dan sia-sialah yang kita usahakan dari ketidakjujuran. Karena pasti akan pergi dari diri kita. Apalagi kalau ketidakjujuran tersebut sangat besar dampaknya bagi orang banyak, sehingga bisa menyengsarakan mereka sepanjang hidup; dan kita mendapatkan dua kali kerugian. Rugi bagi diri sendiri dan merugikan diri orang lain, bahkan lebih jauh lagi dapat dikatakan rugi dunia-akherat.!!

Dimuat di buletin Baraka KBRI Tripoli, Libya.

MUNAFIK: KAJIAN MUKADDIMAH SURAT AL-BAQARAH (2: 1-20)

MUNAFIK: Kajian Mukaddimah Surah Al-Baqarah (2:1-20).

Mukaddimah surah Al-Baqarah terdiri dari 20 ayat pertama dari surah tersebut. Surah Al-Baqarah merupakan surah terpanjang dalam Al-Qur’an, dan juga surah terlama turun di Madinah karena meliputi seluruh kurun kehidupan Nabi saw selama di Madinah, kurang lebih 10 tahun lamanya. Boleh dikatakan bahwa surah ini merupakan wujud perjalanan kehidupan Nabi saw dan manusia pada masa sesudahnya sampai hari kiamat.

Perlu dicermati bahwa Mukaddimah surah Al-Baqarah ini membicarakan tiga tipe manusia yang sepanjang sejarah kehidupan sampai kiamat nanti tetap eksis. Pertama, manusia yang masuk ke dalam golongan orang-orang bertaqwa, dibicarakan pada lima ayat pertama; kemudian diikuti dengan pembicaraan lawan orang-orang bertaqwa yaitu manusia yang masuk dalam pengingkaran terhadap Tuhan (kafir), tapi ‘gentle’ terus terang. Tipe ini berbicara hanya dalam dua ayat sesudahnya, ayitu ayat 6 dan 7. Selebihnya, 12 ayat (8-12) berbicara mengenai tipe mayoritas manusia yang, bukan masuk kategori kelompok muttaqin dan juga bukan juga yang ‘gentle’ kafir. Kelompok ini dikenal sebagai kelompok ‘munafik’, dan merupakan kelompok mayoritas dalam kehidupan dunia sebagaimana jumlah ayatnya juga terbanyak dibicarakan dibandingkan dengan ayat yang membicarakan kedua tipe sebelumnya.

Perlu diketahui bahwa dari susunan mushaf surah Al-Baqarah merupakan bentuk saripati tipe manusia yang ada dalam perjalanan kehidupan ini. Maka dapat dikatakan bahwa manusia munafik merupakan tipe manusia terbanyak dalam kehidupan ini, bahkan tanpa disadari kita telah menjadi manusia munafik, terlepas dari latar belakang pendidikan, suku, golongan, gender, dsb.

Coba saja perhatikan lingkungan sekitar hidup kita saat ini, baik lingkungan rumah, kantor, dan lain sebagainya, tidak terlalu sulit menemukan ‘kaum munfik’. Dalam surah Al-Baqarah ini, Allah menjelaskan bahwa kaum munafik ini jika berada pada kelompok mereka, mereka akan berkata lain; tapi bila berada dalam kelompok lain, dia berkata lain. Jelasnya begini, kalau dia berada pada kelompoknya, dia akan mencaci maki kelompok lain, mencaci maki bahkan dengan perkataan keji, termasuk orang-orang yang berjasa terhadap dirinya, misalnya dalam kepegawaian, kepangkatan, pekerjaan, jasa, dsb; tapi bila dia berada pada kelompok (yang tadi dicacinya) itu, dia akan menjilat sehabis-habis penjilatan. Bisa dengan memuji, membungkukkan badan, berbusa-busa mendukung, dsb’. Itu yang dimaksud penjelasan ayat 14 surah Al-Baqarah dalam bahasa vulgarnya. Jadi tidak terlalu susah payah kita merumuskan teori siapa itu munafik. Lihat saja.. apakah dia penjilat atau pejuang, namun, alas… manusia model ini yang terbanyak kita temui dalam hidup ini. Dan Allah pun sudah mengancamnya, bahwa ‘kaum munafik itu akan menghuni kerak neraka’. Bahkan Al-Qur’an menisbatkan mereka dengan seburuk-buruk ungkapan seperti, mereka adalah ‘monyet kurapan’ (qiradatan khasi’in). Nauzubillah…
(bahan untuk Kelompok Pengajian Masyarakat Indonesia Al-Sarraj, Tripoli, Topik: Tafsir Tahlili).

PROF. ABDUL AZHIM MUTHINI FI ZIMMATILLAH

Ummat Islam dan Universitas Al-Azhar Mesir telah kehilangan seorang ulamanya, Prof. Dr. Abdul Azhim Al-Muthini, yang selama hidupnya siang dan malam mendakwakan ajaran Islam dan menolak dan membantah tuduhan yang menyerang Islam, baik umatnya dan rasulnya. Al-marhum secara umum membela pemikiran Islam secara akidah, peradaban dan sejarah dalam menghadapi pemikiran Barat dan skuler yang menjadi kepanjangan tangan dan meguasai kehidupan kebudayaan, pemikiran dan politik umat Islam. Beliau juga mempunyai andil besar dalam kajian keislaman melalui karya tulis, mengajar di berbagai Universitas, memberikan ceramah khutbah, makalah seputar masalah kajian keislaman dan lain sebagainya.

Prof. Dr. Abdul Azhim Ibrahim Muhammad Al-Muthini dilahirkan pada tahun 30an di sebuah desa Manshurah, Markaz Kum Ombo, Aswan, Selatan Mesir. Adapun nasabnya berasal dari suku Khazraj, Madinah Munawwarah yang hijrah ke Mesir pada masa al-fatah Islam ke Mesir pada tahun 19 H. Abdul Azhim kecil hidup bersama ayahnya di desanya hingga dapat mengeja huruf dan belajar Al-Qur’an serta ilmu-ilmu keislaman lainnya. Ketika Kerajaan membuka sekolah di desanya, dia pun masuk sekolah yang didirikan selama dua tahun. Selain itu dia juga belajar dan membaca dari perpustakaan milik saudaranya Ahmad yang juga berminat dalam bidang peradaban dan kajian keislaman. Dia mempunyai koleksi buku-buku dalam bidang fikih, tafsir, majalah mingguan yang digeluti oleh Abdul Azhim kecil, sehingga ahirnya menimbulkan kecintaannya kepada kajian keislaman. Disamping itu, dia juga terpengaruh dengan pendakwah dari Al-Azhar yang diutus ke desanya, sehingga ia menyenanginya. Salah seorang tetua disedanya, Syeikh Nu’man Ragab Syattah menyarankan agar dia mendaftar di Sekolah Al-Azhar sehingga dapat menimba ilmu yang melimpah ruah disitu.

Syeikh Nu’man memberikan Abdul Azhim formulir untuk mendaftar di Sekolah Al-Azhar di Kairo pada tahun 1951, tapi ia tidak diterima. Tapi ia dapat masuk pada tahun berikutnya. Pada tahun 1962 dia masuk Fakultas Bahasa Arab, Universitas Al-Azhar dan lulus tahun 1966 dengan nilai, ‘very good’ (jayyid jiddan) dalam bidang Bahasa dan Sastra Arab. Kemudian masuk ke Fakultas Pasca Sarjana di Jurusan Balaghah dan Kritik Sastra dan dia mengajukan thesisnya yang berjudul, ‘Sahar al-bayan fi Majazat al-Qur’an’, dengan nilai ‘cumlaude’. Pada tahun 1986 dia mengikuti program Doktoral dan menulis disertasi, ‘Khasha’is al-ta’bir fi Al-Qur’an Al-Azhim… Simatuhu al-Balaghiyah’ dan berhasil dipertahankan dengan nilai ‘cumlaude dengan kepujian utama’. Pada tahun 1974 ia berhasil menjadi anggota Persatuan Wartawan Mesir.
Pada saat yang sama dia bekerja sebagai dosen di pendidikan asing di Institut Notherdam, di kawasan Misr al-Jadidah. Pada tahun 1974 dia diangkat sebagai dosen di Fakultas Bahasa Arab di Universitas Al-Azhar, dan pada tahun 1981 ia berhasil mencapai Associate Professor kemudian mendapat gelar Guru Besar.

Prof. Muthini membimbing dan menguji 63 risalah ilmiah, baik thesis maupun disertasi di Mesir, Saudi Arabia dan Libya, menyampaikan lebih dari 1000 khutbah jum’at di berbagai masjid di Mesir, dan menulis lebih dari 1000 makalah dan riset di jurnal, Koran, majalah di Mesir dan dunia Arab. Memberikan lebih dari 3000 siaran radio ‘Idza’ah Al-Qur’an di Mesir dan Saudi Arabia. Dia juga aktif berpartisipasi dalam konferensi internasional, seminar, diskusi ilmiyah dll.
Beliau juga anggota Dewan Redaksi Majalah Al-Dakwah, anggota al-Majlis al-A’la Li al-Syu’un al-Islamiyah, anggota al-lajnah al-Ulya Li Takhthith al-Mausuat al-Islamiyah, anggota Majlis al-Fikr al-Islamy al-Alamy, dan penasehat ilmiyah Rektor Universitas Ummul Qura, Makkah. Beliau juga berguru di luar kuliah kepada para dan ulama masyaikh seperti Syeikh Muhammad Al-Ghazali, Ustaz Abbas Mahmoud Al-Aqqad, Ust Ahmad Hasan Al-Zayyat, Prof. Dr. Abdul Rahman Atthar, Prof. Dr. Ali Al-Ammary dan Prof. Dr. Abdul Ghani Al-Rajihi (yang juga dosen saya dalam mata kuliah Tafsir di Post Graduate (Dirasat Ulya), Universitas Al-Azhar tahun 1987-1988).

Diantara karya tulis Prof. Dr. Abdul Azhim, dalam bidang Balaghah, Kajian Al-Qur’an dan Kritik Sastra lebih dari 50 buah, antara lain: ‘Zhahirat al-Ghumudh fi al-Syi’r al-Araby al-Hadits’, ‘Sarathan al-Ashr’, ‘Mashadir al-Ibda’ bayn al-Ashalah wa al-Tazwir’, ‘Ilm al-Uslub fi al-Dirasat al-Adabiyah al-haditsh’, ‘Samahah al-Islam fi al-Dakwah ilallah wa al-Alaqat al-Insaniyah’, ‘ Mabadi’al-ta’ayush al-Silmy al-Alamy fi al-Islam’, ‘Iftira’at al-Mustasyriqin ala al-Islam’, ‘Al-Fiqh al-Ijtihady al-Islamy’, dan ‘Uruba fi Muwajihat al-Islam’. Rahimallah faqid Misr wa al-alamayn al-Araby wa al-Islamy.

DI DEPAN TOKO PAKAIAN MEGHRIBI

Di depan toko pakaian Meghribi dan sutera untuk pengantin wanita Libya

DI DEPAN BENTENG KOTA TUA TRIPOLI



Jadi turis dan bergaya di depan benteng lama kota Tripoli, Libya. Nampak di belakang adalah ointu gerbang dan didalamnya merupakan pasar tradisional yang barang-barang souvenir, pakaian khas Meghribi, emas, dan lain-lain.

MEMBACA DOA 17 AGUSTUS 2008


Photo diatas diambil pada upacara peringatan Hari Proklamasi RI ke-63, 17 Agustus 2008.

DUTA BESAR RI UNTUK LIBYA BERSAMA IBU DAN LOKAL STAFF


Gambar diatas adalah photo bersama Duta Besar RI untuk Libya, Drs. Sanusi dan isteri Rita Juita Sanusi serta lokal Staff KBRI Tripoli.

MUFTI MESIR MENGELUARKAN FATWA YANG MENGHARAMKAN MEWARISI KEKUASAAN KEPADA PUTERA (SISTEM KERAJAAN)

Fatwa yang dikeluarkan oleh Darul Ifta Mesir masih menjadi perdebatan panjang secara politik di Mesir, karena untuk pertama kali fatwa tersebut menyentuh aspek terdalam dalam perpolitikan Mesir yaitu masAlah warisan kekuasaan dalam pemerintahan. Kelompok oposisi mengatakan bahwasanya itu skenario yang disiapkan agar Gamal Mubarok, putera presiden Mesir sekarang Hosni Mubarak, akan mewarisi ayahnya dalam pemerintahan melalui pemilihan ‘mahkumah’. Tapi Presiden Mubarok membantah skenario tersebut dan menyebutnya sebagai hal yang mengada-ada dan fitnah belaka.

Mufti Mesir, Dr. Ali Jum’ah mengatakan sesungguhnya fiqih Islam tidak membolehkan pewarisan kekuasaan, karena tidak berlaku dalam imamah umat Islam, sebagaimana fikih Islam juga melarang mengangkat putera mahkota sebagai pemilihan calon penguasa yang menggantikannya. Fatwa tersebut mengatakan bahwa tidak boleh mewariskan kekuasaan dalam bentuk apapun. Bahwa komitmen pada undang-undang dan sistem Negara yang telah disepakati oleh rakyat melalui Dewan Perwakilan adalah wajib hukumnya secara syar’i untuk ditaati, dan apaun perubahan dalam sistem kekuasaan boleh secara syar’i dengan syarat sesaui dengan kehendak rakyat.

WANITA IRAK MELAHIRKAN KEMBAR 6

WANITA IRAK MELAHIRKAN KEMBAR 6 ORANG

Seorang wanita Irak melahirkan 6 orang anak kembar secara normal setelah masa hamil selama 7 bulan di kota Nasiriyah, salah satu kota di Irak Selatan. Salah seorang suster yag membantu persalinan mengatakan di RSAB ‘Bint Al-Huda’ bahwa kembar enam tersebut (4 perempuan dan dua laki-laki) dalam keadaan baik, kecuali salah satu yang susah nafas dan lemah sekali. Akan tetapi secara umum keadaan mereka bagus dan mereka mendapat perawatan serius dari pihak RS. Berat badan bayi tersebut antara 2,1 kg dan 700 g. Dia menjelaskan bahwa 2 orang berat badannya 2,1 kg, dua lagi 900 g, dan dua lagi beratnya 700 g. Diberitakan juga bahwa ayah keenam bayi tersebut pengangguran alias tidak bekerja.

(Surat Kabar ‘Al-Arab, 15 Agustus 2008).

SELAMAT JALAN MAHMOUD DARWIS

SELAMAT JALAN MAHMOUD DARWIS

Mahmoud Darwis (Maret 1941- Sabtu, 9 Agustus 2008) penyair berkebangsaan Palestina yang berjuang dengan pena lewat syair-syair perjuangannya. Mahmoud Darwis meninggal dunia di Houston, AS setelah gagal operasi di sebuah sakit disana. Jenazahnya pada hari Rabu, 13 Agustus 12008 dimakamkan disebelah makam pejuang Palestina, Abu Ammar Yaser Arafat, di Ramallah. Ribuan pelayat mengiringi pemakaman tersebut yang dirayakan secara resmi kenegaraan oleh Pemeritahan Otoritas Palestina, dan merupakan pemakanan secara kenegaraan pertama setelah pemakaman Yaser Arafat pada tahun 2004. Makamnya persis diatas dimana dia membacakan syairnya yaitu qasidah ‘La’ib al-nard’, dan ’mahattah qithar saqatha an al-kharithah’ pada bulan Juli 2007 lalu.

Mahmoud Darwis termasuk salah satu penyair Arab modern terkenal bahkan dalam kelompok penyair dunia. Perannya dalam penulisan lewat pena adalah perjuangannya melawan penjajahan dan pendudukan Israel terhadap tanah airnya Palestina. Dia berjuang dengan pena. Perjuangan pena tersebut telah membangkitkan semangat nasionalisme Arab melawan perlawanan dan pendudukan Israel terhadap Palestina, tanah suci umat Islam ketiga setelah Makkah dan Madinah. Ontologi pertama Darwis berjudul ‘Ashafir bila Ajnihah’ (Burung tak bersayap) terbit pada tahun 1960. Sejak itu terbit ontologi puisi yang lain seperti, ‘Awraq Zitun’ (Daun-Daun Zaitun), yang menjadi simbol perdamaian bagi perjuangan bangsa Palestina, khususnya puisinya yang berjudul, ‘Sijil Ana Araby’ (Catat, Aku seorang Arab), yang berisi tantangan minoritas bangsa Palestina terhadap penjajahan Israel dan menolak naturisasi identitas Arab kepada 165.000 bangsa Palestina dan tetap bertahan membela tanah air mereka.

Sejak terbit ontologi pertama yang merupakan fase penciptaan kepenyariannya yang baru yang memungkinkannya eksis dengan ketersambungan pada kehidupan bangsanya yang tertindas, termasuk sebagai fase kesadarannya pada perjuangannya dan perjuangan bangsanya terhadap penjajah Israel dan pendudukan terhadap tanah airnya. Selama ontologinya terbit, dapat dikatakan semuanya merupakan fase perkembangan dan garis demarkasi antar ontologi. Ontologinya yang lain adalah, ‘Asyiq Palestina’ (Perindu Palestina) terbit 1966, ‘Akhir al-lail’ (Akhir malam) terbit 1967, ‘al-ashafir tamutu fi al-Jalil’ (Burug mati di kota al-Jalil, kota kelahiran penulis) terbit 1970, dan ‘Habibaty tanhadhu min nauwmiha’ (Kasih terjaga dari tidurnya) terbit 1970.

Mahmoud Darwis melampaui rekannya para peyair yang lain seperti Rasyid Husein, Tawfiq Ziyad, dan sahabat seperjuangannya Samih Qasim, khususnya ontologinya yang diterbitkan di pengasingannya dapat dianggap sebagai talenta dan anugerah seorang penyair yang dianggap sebagai penyair terpenting, bukan hanya di dunia Arab tapi juga pada level dunia. Karyanya telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 40 bahasa dunia dan mulai dibicarakan oleh berbagai kalangan termasuk kalangan yang mencalonkannya sebagai penerima penghargaan hadiah Nobel di bidang Sastra.

Mahmoud Darwis yang lahir di desa Barwah, kota Al-Jalil, Palestina Utara pada bulan Maret 1941, kemudian mengungsi ke Lebanon bersama keluarganya pada tahun 1948 setelah Israel resmi berdiri di atas puing negaranya Palestina. Kemudian kembali lagi ke Palestina bersama ibu dan saudarinya dengan terlunta-lunta ke Palestina. Peristiwa ini direkam oleh penulis Palestina yang lain, Emil Hubaibi dalam cerpennya, ‘Said Abu al-Nahs al-Mutasya’il’,. Setelah desanya dihancurkan tentara Israel, dia dan keluarganya mengungsi ke desa Dier Al-Asad, kemudian menetap dekat kota Aka di kawasan baru dimana dia menyelesaikan pendidikannya dan kemudian mengungsi ke Haifa dan bekerja di Surat Kabar Partai Komunis Israel. Disini ia mulai menulis puisi. Karya awalnya ini kemudian diperkenalkan oleh penulis Palestina, Ghassan Kanafani kepada dunia bersama sahabat-sahabatnya para penyair dan penulis Palestina yang lain, baik di dalam Palsetina yang luka pada tahun 1948 maupun dunia luar dalam karyanya, ‘Adab al-Muqawamah’, (Sastra Perlawanan).

Setelah melalui perjuangan panjang yang penuh luka, darah, bau mesiu, pengorbanan harta dan jiwa, akhirnya Mahmoud Darwis kembali ke pangkuan ibu pertiwi Palestina dimana dia bersemayam di tanah perjuangan Ramallah. Salah seorang pelayat, Muhamad Saqaf al-Hith berdiri disisi makamnya dan berkata, ‘Mahmoud Darwis tidak mati, karena sesungguhnya dia telah meninggalkan kekayaan pusisi yang hidup di tengah perjuangan bangsanya. Dia tetap menyala di hati bangsa Palestina’. Rahimallah Mahmoud Darwis. Inna lillahi wainna ilyahi rajiun.
Salah satu bait puisi Mahmoud Darwis: Kepada Ibuku…

إلى أمى .....
أحن الى خبز أمى .... / وقهوة أمى ، ولمسة أمى ... وتكبر فى الطفولة ، يوما على صدر يوم /
وأعشق عمرى لأنى / إذا مت ، أخجل من دمع أمى ! / خذينى ، إذا عدت يوما / وشاحا لهدبك ، وغطى عظامى بعشب
تعمد من طهر كعبك / وشدى وثاقى .. بخصلة شعر .. / بخيط يلوح فى ذيل ثوبك .. / عسانى أصير طفلا
طفلا أصير .. إذا ما لمست قرارة قلبك ! / ضعينى ، إذا رجعت / وقودا بتنور نارك .. وحبل غسيل على سطح دارك ، لأنى
فقدت الوقوف / بدون صلاة نهارك ، هرمت ، فردى نجوم الطفولة ، حتى أشارك / صغار العصاقير / درب الرجوع .. لعش
انتظارك ...